News

Rahmat, Pria 'Beruntung' Dua Kali Selamat dari Bencana Tsunami

JAKARTA - Pengalaman adalah guru yang paling mujarab. Hal tersebut sudah dibuktikan Rahmat Saiful Bahri. Pria ini 'beruntung' bisa selamat dari gempa dan tsunami. Tidak hanya sekali, namun dua kali yaitu di Aceh dan Palu. 

Dalam benaknya, ketika melihat gelombang air laut mulai menghajar Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Rahmat hanya berpikir satu hal. 

"Saya harus mencari tempat yang lebih tinggi," kata Rahmat saat tiba dari Palu, dan menceritakan ulang pengalamannya selamat dari gempa dan tsunami Palu, Rabu (3/10/2018).

Ketika musibah itu terjadi, Rahmat  bersama rombongan sedang berada di Hotel Swiss Bell Palu. Sore itu, ia yang merupakan Kepala Sekretariat Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Banda Aceh tengah mengikuti kegiatan workshop di lantai tiga. Usai registrasi, ia kembali ke bawah untuk bersantai sembari menunggu acara itu mulai.

Seketika, ia ingin menuju kamarnya di lantai lima untuk mempersiapkan peralatan. Namun saat berada di kamar, gempa hebat mengguncang Palu. Tanpa pikir panjang, dan pengalaman yang mengajarkannya saat gempa dan tsunami Aceh, Rahmat bergegas berlari ke lantai atas.

"Pengalaman saya di Aceh saat gempa dan tsunami cari tempat yang tinggi, makanya naik ke atas. Dari lantai paling atas hotel saya menyaksikan bagaimana tsunami begitu cepat sampai ke pesisir. Hampir setengah jam saya berada di atap hotel," tuturnya sembari menetaskan air mata.

Saat itu pihak hotel belum mengizinkan tamu untuk turun. Karena dikhawatirkan air menutup lantai dasar. Saat diperiksa, air hanya selutut orang dewasa. Pihak hotel langsung mengevakuasi tamu untuk turun dan lari ke arah Gunung Silae yang tak jauh dari Hotel.

Rahmat melihat tanah di lantai dua hotel sudah amblas dan air yang bercampur material bangunan bersiliweran. Ia lari tanpa membawa barang apa pun.

Kejadian itu, sempat membuat heboh keluarga Rahmat yang ada di kota Banda Aceh. Karena dua hari ia tidak ada kabar dan sempat dikabarkan hilang. "Jangankan untuk berkomunikasi, jaringan saja mati, aktivitas juga lumpuh," ujarnya.

Rahmat dikabarkan selamat dan masih hidup pada tanggal 30 September 2018. Saat itu ia masih tertahan di Palu dan mengantre untuk bisa dievakuasi ke Makassar. 

"Empat hari empat malam saya menunggu ingin naik Hercules, tapi belum dapat, banyak yang mengantre," ucapnya.

Ia bisa dievakuasi ke Makassar pada tanggal 2 Oktober 2018. Dari Makassar ia terbang ke Jakarta dan melanjutkan ke Aceh. Akibat gempa itu Rahmat hanya mengalami luka di bagian kaki. "Hanya luka ringan bagian kaki, tapi sudah sembuh," katanya.

Dalam hidupnya, ia sudah dua kali menyaksikan betapa ngerinya tsunami. Di Aceh, ia juga selamat dari terjangan tsunami karena lari ke tempat yang lebih tinggi.*