Hukrim

30 Tahun Hilang di Himalaya, 2 Pendaki Akhirnya Ditemukan

KATHMANDU - Dua pendaki gunung asal Islandia yang hilang dalam pendakian di Pegunungan Himalaya akhirnya ditemukan 30 tahun kemudian. Jenazah kedua pendaki ditemukan di dasar salah satu gletser.

Seperti dilansir CNN, Selasa (11/12/2018), jenazah dua pendaki bernama Kristinn Runarsson dan Thorsteinn Gudjonsson itu ditemukan oleh seorang pendaki asal Amerika bulan lalu. 

Pendaki gunung asal Skotlandia, Steve Aisthorpe, yang merupakan teman kedua pendaki yang hilang itu sempat melakukan pencarian namun tidak membuahkan hasil. Temuan ini, menurut Aisthorpe, memberikan kejelasan dan menyatukan pihak-pihak yang mengenal kedua pendaki itu. 

"Temuan jenazah Thorsteinn dan Kristinn setelah bertahun-tahun lamanya tak terelakkan telah memicu berbagai emosi bagi semua orang yang mengenal dan mencintai keduanya. Tapi ini juga menyatukan orang-orang dan saya berdoa, akan memberikan kejelasan besar dan pada akhirnya, kedamaian," sebut Aisthorpe yang merupakan anggota Church of Scotland. 

Jenazah kedua pendaki itu kemungkinan terbawa turun gunung oleh gletser yang mencair. Kedua jenazah dibawa ke Kathmandu untuk dikremasi dan abunya akan dibawa pulang ke Islandia. 

Aisthorpe diketahui ikut mendaki bersama kedua pendaki yang hilang itu pada Oktober 1988 silam. Saat itu, mereka bertiga melakukan ekspedisi untuk mendaki Pumori, gunung setinggi 7.161 meter dekat Everest. 

Saat itu, Aisthorpe terpaksa menghentikan pendakian karena jatuh sakit. Namun dia mendorong kedua temannya itu melanjutkan pendakian tanpa dirinya. Namun dituturkan Aisthorpe bahwa dirinya sempat merasakan firasat tidak baik saat dia kembali ke kamp pendakian. 

Aisthorpe kembali naik ke atas untuk menyusul kedua rekannya, namun dia gagal menemukan mereka. Disebutkan Aisthorpe bahwa posisi tali yang dipasang kedua rekannya itu mengindikasikan mereka sudah mencapai puncak atau nyaris mendekati puncak gunung. 

Penyebab kematian kedua pendaki itu belum diketahui pasti. Sebuah kamera yang ditemukan di kantong salah satu pendaki telah dikirim ke pakar untuk diteliti lebih lanjut dan diharapkan bisa memberikan petunjuk.

Ayah salah satu pendaki yang tewas, Runar Gudbjartsson menyebut bahwa kekasih putranya sedang hamil saat insiden itu terjadi. Kini anak itu sudah beranjak dewasa. Dituturkan anak dari Runarsson itu, bahwa ayah dan temannya yang tewas telah meminta agar tidak ada seorang pun menantang bahaya untuk menyelamatkan mereka jika sesuatu terjadi dalam pendakian saat itu.*