News

Fakta : Karena Ego, Orang Berpendidikan Tinggi Kecanduan Sebar Hoaks

JAKARTA - Ahli ilmu sosial asal Universitas Indonesia Roby Muhammad, orang-orang berpendidikan tinggi  memiliki arogansi yang tinggi.

Arogansi ini membuat ia sering kali tidak mendengarkan penjelasan orang lain terkait informasi hoaks yang ia percayai. Padahal belum tentu informasi yang ia percayai merupakan informasi yang valid.

Orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi melakukan pembenaran informasi tanpa memandang fakta. Informasi hoaks bahkan dijadikan alat menjustifikasi informasi yang disukai meskipun tidak sesuai fakta.

"Orang yang berpendidikan tingi menjadi sombong karena merasa paling rasional. Semakin tinggi pendidikan semakin kreatif dia membuat pembenaran," ujar Roby dalam dalam acara bertajuk "The Science Behind Hoax" di Jakarta, Kemarin.

Terlebih menurutnya, salah satu sifat hoaks yakni menjadi candu bagi pembuatnya. Seorang yang telah membuat informasi hoaks bisa dicap sebagai orang pertama yang mengetahui informasi tersebut.

"Orang yang senang berbohong atau kecanduan membuat hoaks, pada awalnya terpaksa. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk membuat hoaks. Karena merasa ada sensasinya, jadi ia melakukannya berulang-ulang," imbuhnya.

Menurutnya, orang-orang berpendidikan tinggi ini juga orang awam apabila membicarakan informasi di luar spesialisasinya.

"Semakin spesialis, semakin kecil bidangnya. Jadi profesor atau doktor di kampusnya, di bidang luar dia menjadi awam. Ketika menjadi awam, pendapat dia tidak beda dengan orang awam," ucapnya.

Padahal dengan layar belakangan pendidikan tinggi, seseorang seharusnya tidak mudah percaya informasi yang belum diketahui kebenarannya.*