Bos Air Asia 'Minta Maaf' Soal Pemilu Malaysia, Ada Apa?

Selasa, 15 Mei 2018 - 07:49:00 WIB

CEO Air Asia Tony Fernandes . (summber;internet)

KUALA LUMPUR - Setelah pemilu Malaysia menunjukkan hasil yang mengesankan, CEO Air Asia Tony Fernandes langsung meminta maaf kepada masyarakat Malaysia. Alasannya?

Najib kalah telak dari Mahathir Mohammad, yang dilantik sebagai Perdana Menteri pada hari Kamis (10/5/2018). Saham AirAsia anjlok hingga 10% pada hari Senin (14/5/2018) ketika pasar Malaysia kembali dibuka paska pemilu. Konon kabarnya, hal tersebut karena bos besar ini 'memberikan' dukungan terang-terangan kepada Najib. 

Menurut penakuan Tokoh kebanggan Malaysia ini, dia terpaksa "tunduk" terhadap tekanan dari pemerintah PM Najib Razak. Terutama pada masa kampanye 9 Mei silam. 

Fernandes, yang disebut-sebut seperti Richard Branson versi Malaysia, berkata di Facebook bahwa dia membuat "kesalahan besar dalam penilaian" dengan muncul di video tanggal 6 Mei. Di video itu dia berterima kasih kepada Najib, yang sedang terlilit skandal, atas pertumbuhan AirAsia.

Segera setelah video itu tersebar, Najib memposting foto dirinya dengan Fernandes di pesawat AirAsia yang menunjukkan slogan kampanye partai Barisan Nasional, koalisi pendukung Najib.

Pengembangan tersebut memicu reaksi dari warganet Malaysia. Kemarahan masyarakat atas dugaan keterlibatan Najib dalam kasus korupsi dana negara senilai miliaran dolar adalah alasan utama dari kekalahan pria berusia 64 tahun tersebut. Najib sendiri mengelak semua tuduhan terkait skandal 1MDB itu.

Fernandes berkata pada hari Ahad dia dengan "bodohnya" membuat video tertanggal 6 Mei, yang dia sebut "cukup netral dan factual", untuk memuaskan pemerintahan Najib. Fernandes juga mengatakan mantan pemerintahan mendesaknya untuk menyingkirkan Direktur Rafidah Aziz dari AirAsia X dan membatalkan 120 penerbangan tambahan yang dibuat khusus bagi warga negara Malaysia agar pulang ke negaranya dan menggunakan hak pilih.

Ketidaksenangan pemerintah terhadap kedua faktor itu menciptakan "tekanan intens" ke AirAsia, jelas Fernandes, seraya mengakui bahwa dia "tunduk pada moment penting dalam sejarah [Malaysia]".

"Itu tidak benar. Selamanya saya akan menyesalinya, tetapi itu adalah keputusan yang dibuat dalam suatu momen" untuk melindungi perusahaan dan pekerjaan karyawan AirAsia, katanya.*