Dilarang ke Palestina, Musisi Dunia ini Batalkan Konser di Israel

Selasa, 04 September 2018 - 07:59:00 WIB

Lana Del Rey. (sumber;internet)

JAKARTA - Musisi Lana Del Rey baru-baru ini memutuskan untuk batal tampil di Israel, setelah sempat kukuh membuat pembelaan bahwa musik itu universal dan sepatutnya digunakan untuk mempersatukan. 

Dia bahkan sempat berjanji berlaku adil dengan berusaha turut tampil di Palestina. Namun rencana itu harus pupus, karena usahanya tak membuahkan hasil dan sempat menimbulkan pertentangan dari kelompok BDS (Boycott, Divesment, and Sanction). 

Tak ayal, Rey pun memilih untuk menunda rencana tampil di dua negara berkonflik itu ketimbang hanya bisa di salah satunya saja dan menimbulkankontroversi. Kasus pelantun 'Video Games' ini lantas menambah daftar deretan musisi yang batal tampil di Israel. 

Sebelumnya, penyanyi Lorde pun membatalkan tur konser di sana setelah dua penulis Selandia Baru memperingatkan bahwa penampilannya di Israel akan dipandang sebagai dukungan pada kebijakan pemerintah setempat.

Kala itu Lorde membuat pernyataan, "Saya menerima banyak pesan serta surat dan telah berdiskusi mendengar pendapat dari banyak orang, dan saya pikir keputusan yang tepat saat ini adalah membatalkan konser itu."

Di samping itu, sejumlah musisi lainnya juga mengurungkan tampil di negeri penuh sengketa itu dalam beberapa tahun terakhir, seperti Lauryn Hill dan Elvis Costello. 

Namun pada Juli 2017, aktivis BDS dan sejumlah musisi dunia lainnya, termasuk mantan anggota Pink Floyd Roger Waters, gagal memaksa Radiohead membatalkan konser di Tel Aviv. Radiohead tetap maju untuk tampil meski kontroversi mengikuti mereka.

Kampanye BDS
Lantas apa yang membuat rencana musisi konser di Israel menjadi kontroversial hingga diminta membatalkannya? 

Menurut laporan Dazed, seluk beluk kontroversi ini dipicu gerakan dari BDS, kelompok yang dikenal aktif berada di balik setiap pembatalan konser musisi dunia di Israel.

BDS disebut terinspirasi dari kampanye upaya penggulingan rezim aparteid di Afrika Selatan untuk mengakhiri tindakan pendudukan Israel atas sejumlah wilayah Palestina. 

Bagi BDS, industri musik harus tunduk pada pengawasan yang sama seperti industri lain yang beroperasi di Israel. PACBI (the Palestinian Campaign for the Academic and Cultural Boycott of Israel) sepakat bahwa Israel menggunakan budaya sebagai senjata dan bentuk propaganda atau 'art-washing.'

Art-washing diartikan Stephanie Adam dari PACBI sebagai penggunaan seni dan budaya untuk menutupi penindasan serta mengelabui rasa bersalah dari situasi berkabung.

Oleh karenanya mereka merasa bahwa pertunjukan budaya termasuk musik di Israel adalah sesuatu yang salah dan bentuk dukungan para negara itu. Untuk itu di luar Israel sendiri, BDS juga meminta seniman untuk menolak berpartisipasi dalam bentuk apapun yang disponsori pemerintah Israel. 

Tak sedikit musisi yang kemudian mendukung pemboikotan itu. Konser musisi Lauryn Hill hingga Gil Scott-Heron yang dijadwalkan semuanya telah dibatalkan di masa lalu.

Alasan yang tetap tampil
Namun di sisi lain, tak sedikit juga musisi memilih tetap tampil di sana meski ada permintaan untuk membatalkannya. Itu termasuk musisi seperti Lady Gaga, Justin Timberlake, Macy Grey, Nick Cave, dan Radiohead. Pentolan Radiohead Thom Yorke menyatakan bahwa tampil di sebuah negara tidak sama dengan mendukung kebijakan pemerintah setempat. 

Dia mencontohkan, bahwa meski dirinya tak sepakat dengan kepemimpinan Donald Trump di AS, tapi itu tak menyurutkan Radiohead tampil di sana. Dia lantas menyamakan kasus konsernya di Israel dengan yang terjadi di AS.

Palestina juga pilihan
Terlepas dari perdebatan itu, menurut Dazed, ada cara agar para musisi dapat tetap tampil di Israel tanpa dikritik atas keputusannya. BDS memiliki aturan bahwa seniman dapat terlibat di acara budaya Israel tapi tetap menghormati gerakan boikot.

Salah satu contohnya adalah pada kasus musisi AS Nicolas Jaar yang berhasil tampil tanpa protes. Dia dilaporkan tampil di sebuah tempat di Israel yang diduduki warga Palestina yakni di Haifa. Namun BDS menekankan bahwa seniman tidak boleh melakukan ini bersamaan dengan sebuah pertunjukkan di wilayah yang diduuki warga Israel.

"Orang-orang Palestina menolak gagasan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh seorang seniman yang melakukan atau memamerkan karya mereka di Israel dapat dikompensasi dengan pertunjukan paralel atau pameran di wilayah Palestina yang diduduki. Upaya ini untuk 'menyeimbangkan' merusak hak-hak Palestina," demikian pernyataan BDS.*