Kata Cak Imin Soal "Ekonomi Kebodohan"

Senin, 15 Oktober 2018 - 00:40:00 WIB

Foto: ist

JAKARTA -- Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, menganggap perekonomian Indonesia masih terbilang aman. Ini, bertolak belakang dengan pidato Prabowo Subianto terkait "ekonomi kebodohan".

Pria yang akrab disapa Cak Imin ini, mendasarkan pandangannya pada tiga indikator. Pertama, kondisi ekonomi global yang diakui oleh banyak pihak memang dalam keadaan tidak baik.

"Itu tentu berpengaruh tapi alhamdulillah (di tengah-red) kondisi global yang susah ini, Indonesia masih punya fundamental ekonomi yang bagus, pertumbuhan terjaga baik, inflasi tidak mengkhawatirkan," kata Cak Imin di DPP PKB, Jakarta, Minggu (14/10/2018).

Cak Imin melanjutkan, "Kedua, pelaku bisnis dan devisa negara masih bisa dijaga dengan baik. Ketiga, tenaga kerja terserap. Itu aja ukurannya,".

"Kalau itu ukurannya (dan-red) masih berjalan baik, berarti aman," ujarnya menambahkan.

Sebelumnya, saat berpidato di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2018) lalu, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menyebut Indonesia tengah menjalankan sistem "ekonomi kebodohan".

Prabowo pun memaparkan beberapa indikator yang menjadi pijakan dan argumentasinya. Pertama, tergerusnya cadangan kekayaan nasional sejak 1997 hingga 2014, dimana kekayaan Indonesia yang hilang atau dinikmati oleh pihak asing mencapai 300 miliar dollar Amerika Serikat.

"Ini ironi. Pasal 33 UUD 1945 sangat jelas, perekonomian disusun berdasarkan asas kekeluargaan. Ayat (2), cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara," kata Prabowo.

Hal lain, adalah tingginya ketimpangan di tengah masyarakat dengan rasio gini sebesar 45,4 sehingga sekitar 45 persen kekayaan nasional dikuasai hanya oleh 1 persen rakyat Indonesia.

Masih terkait dengan ketimpangan, Prabowo lantas mengutip data Walhi (Wahana Lingkungan Hidup), Ia mengatakan, 82 persen tanah di Indonesia dikuasai hanya oleh 1 persen masyarakat Indonesia.

Kesalahan sistem ekonomi termaksud pun dipandang Prabowo berakibat pada tingkat kesejahteraan yang rendah dimana orang tua kesulitan memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.

Prabowo, mendasari hal ini pada data Bank Dunia bahwa 1 dari 3 Balita Indonesia mengalami pertumbuhan yang tidak sempurna (stunting).

"Ini lebih parah dari neolib. Harus ada istilah, ini menurut saya ekonomi kebodohan. The economics of stupidity. Ini yang terjadi," kata Prabowo.