Harus Tahu, Ini Efek Kabut Asap yang Berbahaya bagi Kesehatan

Senin, 09 September 2019 - 17:29:06 WIB

BMKG.co.id

PEKANBARU - Kondisi kabut asap di Riau sudah semakin parah. Data BMKG terkait jumlah partikel debu (PM10), Senin (9/9/2019) berada di lavel 147 atau mendekati level tidak sehat. Melihat kondisi kebakaran yang masih marak di Riau dan Kemarau panjang, kondisi tersebut tentu saja masih akan berlangsung. 

Meski begitu, hingga saat ini beberapa sekolah masih belum diliburkan, seperti di Kota Pekanbaru dan lainnya. Menurut Pemerintah Kota Pekanbaru, pihaknya baru akan meliburkan sekolah jika ISPU di level sangat tidak sehat atau angka 200. Hal yang sama juga dilakukan Disdik Riau yang baru akan meliburkan aktifitas belajar mengajar pada level sangat tidak sehat dari data ISPU. 

Tapi apa sebenarnya yang membuat kabut asap itu mengancam kesehatan? Simak penjelasannya dibawah. 

Kabut asap merupakan jenis polusi udara yang dihasilkan dari campuran beberapa gas dan partikel yang bereaksi dengan sinar matahari. Gas-gas yang terlibat dalam proses ini adalah karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2), sulfur oksida (SO2), senyawa organik volatil (VOC), dan ozon. Sementara itu, partikel-partikel yang terdapat dalam kabut asap adalah asap itu sendiri, debu, pasir, dan serbuk sari.

Seberapa Bahaya Kabut Asap Untuk Kita?

Berikut adalah efek jangka pendek akibat tinggal di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk, seperti kabut asap.

Susah bernapas dan kerusakan paru-paru
Tingginya konsentrasi asap di udara akan membuat kita sulit bernapas dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Hal ini terutama menimpa mereka yang banyak beraktivitas di ruangan terbuka. Penelitian menunjukkan bahwa menghirup kabut asap ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit paru-paru seperti infeksi paru-paru terutama pada anak-anak, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan kanker paru-paru.

Batuk dan iritasi tenggorokan
Saat terkena paparan asap, seseorang dapat mengalami batuk dan iritasi tenggorokan. Umumnya keluhan ini berlangsung selama beberapa jam. Namun, efeknya bagi sistem pernapasan manusia bisa berlangsung lama walau gejala sudah menghilang.

Memperburuk gejala penyakit paru-paru
Penyakit asma dan PPOK berisiko menjadi semakin parah jika menghirup kabut asap. Penelitian di Thailand menunjukkan bahwa pada musim kabut asap, jumlah kunjungan di unit gawat darurat terkait kambuhnya gejala penyakit asma dan PPOK turut meningkat. Hal ini dikarenakan zat yang terkandung dalam kabut asap bersifat iritatif dan dapat membuat paru-paru meradang.

Berdampak kepada fungsi jantung
Partikel-partikel yang ada dalam kabut asap berisiko menginfiltrasi aliran darah manusia sehingga dapat berakibat buruk bagi jantung. Hal ini terjadi karena partikel dalam kabut asap biasanya sangat kecil, yaitu kurang dari 10 mikrometer. Makin kecil ukuran partikel, maka makin besar risiko yang bisa ditimbulkan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa paparan kabut asap dalam jangka panjang berkaitan erat dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner dan penumpukan plak pada pembuluh darah. Hal ini diduga berkaitan dengan proses peradangan yang muncul karena paparan partikel di dalam kabut asap.

Buruk untuk mata
Efek buruk kabut asap juga dapat menyebabkan iritasi pada mata, akibat debu dan zat iritatif di dalam kabut asap. Untuk itu, sediakan obat tetes mata dan jangan lupa gunakan kacamata jika bepergian ke luar rumah.

Berisiko terkena kanker paru-paru
Apabila seseorang terpapar kabut asap dalam jangka panjang, maka orang tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru, sekalipun dia bukan perokok. Karena, kabut asap mengandung banyak partikel penyebab kanker (karsinogen).

Dampak pada kulit
Tak hanya menimbukan gangguan pada organ dalam, seperti saluran pernapasan dan jantung, polusi udara dan kabut asap juga dapat merusak kulit. Kabut asap dapat merusak kulit dengan cara menimbulkan iritasi dan peradangan pada jaringan kulit. Penelitian menunjukkan bahwa kabut asap dapat meningkatkan risiko penuaan dini kulit, jerawat, kanker kulit, dan memberatnya gejala eksim dan psoriasis.

Perlu dicatat bahwa efek buruk kabut asap berbeda-beda pada tiap individu. Bayi, anak-anak, dan manula adalah kelompok paling rentan terhadap efek kabut asap. Untuk itu, batasilah kegiatan di luar ruangan ketika musim kabut asap datang. Jika pun harus beraktivitas di ruang terbuka, usahakan kegiatan yang dilakukan tidak terlalu menguras tenaga. Selain itu, pakailah masker untuk menutup mulut dan hidung Anda.*