9 Pabrik Tekstil Gulung Tikar, 2.000 Pegawai Kena PHK

Selasa, 10 September 2019 - 09:12:00 WIB

Ilustrasi.(sumber;internet)

JAKARTA - Derasnya produk impor tekstil dan produk tekstil (TPT) yang masuk ke Indonesia memberikan tekanan kepada pelaku usaha sektor hulu TPT.

Setidaknya ada 9 pabrik dilaporkan tutup akibat kalah bersaing dengan produk impor dalam kurun waktu 2018-2019. Hal itu kemudian merembet pada sektor tenaga kerja. Ribuan pekerja menerima pemutusan hubungan kerja (PHK) setelah pabrik tidak beroperasi.

"Makin banyak kita impor untuk tujuan pasar domestik dalam kondisi yang sekarang, pasti berdampak kepada lapangan kerja," kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat di Jakarta, Kemarin.

Menurutnya saat ini industri TPT didominasi oleh industri berorientasi domestik daripada ekspor. Situasi ini muncul karena kualitas barang domestik dianggap kurang memenuhi syarat sehingga sulit melakukan ekspor. Sehingga pasar domestik menjadi pilihan. Di sisi lain, ada industri hilir yang mengandalkan bahan baku impor seperti kain untuk tujuan ekspor.

"Nah kalau di domestik ini pasarnya diisi oleh barang-barang impor yang notabene harganya jauh lebih murah dari mereka, tentu tidak ada pilihan lain selain menutup industrinya," kata Ade.

Namun, Ade enggan membeberkan nama perusahaan tersebut. Kondisi ini terjadi di sektor hulu dan menengah dalam kurun waktu 2018-2019. Perusahaan yang tutup berada di sektor pertenunan dan perajutan atau di hulu.

"Sekarang yang sudah tutup yang kami catat, sudah ada beberapa, kalau nggak salah 9 perusahaan yang hampir mendekati 2 ribu orang (pekerja)," katanya.

Mengantisipasi agar tidak menjalar ke perusahaan lain, Ade membeberkan beberapa solusi. Untuk jangka menengah, ia mengatakan ada pada perubahan pada UU 13/2003 tentang ketenagakerjaan. Sementara untuk jangka pendek, diperlukan safeguard atau tarif perlindungan dari banjirnya produk impor.

"Nanti akan dibarengi dengan program-program asosiasi dan pemerintah secara bersamaan untuk merevitalisasi dan merestrukturisasi industri-industri yang berorientasi domestik, tinggal di-upgrade untuk orientasi ekspor dan sebagainya," kata Ade.

Selain gempuran produk impor, industri TPT juga dihadapkan pada persoalan upah tinggi di Jawa Barat. Alhasil beberapa pabrik direlokasi ke wilayah Jawa Tengah yang memiliki lebih upah rendah.*