Minyak Curah Dilarang, Pedagang Gorengan Resah

Rabu, 09 Oktober 2019 - 11:01:00 WIB

Ilustrasi.(sumber;internet)

SIDOARJO - Kementerian Perdagangan akan melarang minyak goreng curah dijualbelikan di pasaran karena dianggap tidak higienis dan tak bersih. Larangan itu akan berlaku mulai 1 Januari 2020.

Menurut salah seorang pengusaha minyak curah di Sidoarjo Amin S, kebijakan itu digembar-gemborkan pemerintah sejak 2016. Kini pihaknya sudah mulai menjual secara kemasan.

"Sebenarnya itu wacana tahun yang lalu, kemudian tahun depan akan diberlakukan. Kalau benar diberlakukan, itu sangat merugikan pengusaha," kata Amin, Rabu (9/10/2019).

Menurutnya, kalau minyak curah harus dikemas, berarti harus melalui prosedur izin pengemasan yang berstandar SNI. Sedangkan perizinan yang dikelola pihak swasta terkait kemasan berstandar SNI itu terbilang mahal.

"Izin pertama yang bersandar SNI sebesar Rp 50 juta. Sedangkan setiap tahun izin itu harus diperbarui dengan biaya Rp 28 juta, inilah yang diberatkan oleh pengusaha," tambah Amin.

Di lain tempat, pedagang gorengan Terminal Porong, Dwi (41), mengaku kebijakan itu tidak membantu pedagang kecil. Karena setiap hari ia selalu menggunakan minyak curah yang mudah didapat di pasaran dengan harga Rp 9.000 per kg.

Setiap hari berjualan di Terminal Porong, total ia mengeluarkan modal sekitar Rp 600 ribu. Setelah dagangan habis, ia mengantongi uang Rp 750. Ia berkeberatan jika harus mengeluarkan bujet untuk membeli minyak dengan harga lebih mahal.

"Kalau minyak curah tidak boleh dipasarkan, kemudian pedagang gorengan harus beralih ke minyak kemasan, itu sangat merugikan karena pedagang bakal mengalami kerugian," kata Dwi.

Keluhan yang sama disampaikan oleh Sri Rahayu (36), pedagang gorengan pohong (singkong) keju. Jika rencana larangan minyak curah diberlakukan, menurutnya, akan banyak pedagang gorengan yang gulung tikar.

Pada hari biasa, ia menghabiskan 200 kg pohong, sementara pada Sabtu dan Minggu sebanyak 250-300 kg pohong. Setiap hari ia menghabiskan sekitar 46 kg minyak curah.

"Kalau pedagang harus menggunakan minyak kemasan, bakal merugi karena untungnya sedikit. Belum lagi memberikan upah ke pekerja. Kami berharap, kalau memang itu benar, harga minyak kemasan harus murah," kata Sri.*