Berpakaian Klasik, Cara Khas Azimat Melayu Pesisir Merayakan Hari Jadi Meranti

Senin, 16 Desember 2019 - 09:21:00 WIB

SELAT PANJANG - Komunitas Azimat Melayu Pesisir (AMP) siap menyemarakkan hari jadi Kepulauan Meranti ke-11. Selain berpakaian ala Melayu klasik, mereka juga eksis dalam hal seni budaya dan agama.

Komunitas yang dinakhodai Zulfahmi itu berasaskan tentang jati diri Melayu. Menurutnya, seluruh anggota AMP siap eksis dalam bidang agama, budaya dan kesenian. Sebab Melayu identik dengan Islam.

"Komunitas ini baru saje kami bentuk dengan kawan-kawan untuk macam mane budaya Melayu yang hampir memudar, kembali bisa dikenang bahkan diterapkan dalam keseharian masyarakat," ujar Zulfahmi dengan logat Melayu.

Zulfahmi yang biasa disapa Pak Usu itu membeberkan, ia sangat terinspirasi tatkala melihat postingan akun facebook Toy Butar Butar dan Deni Afriadi di sebuah Page Komunitas Serai Serumpun di Pekanbaru Riau beberapa waktu lalu. Sehingga ia lakukan perbincangan kecil bersama Toy yang merupakan drummer Sagu Band dan Deni. Ia merasa terpanggil untuk melakukan hal serupa di tanah kelahirannya, Kepulauan Meranti.

"Kalau baju kurung atau baju teluk belange itu dah biase. Tapi, saat saye menengok postingan kawan-kawan tersebut mengenekan pakian melayu klasik bak di era kerajaan dulu, saye merase terpanggil untuk melakukan hal yang same. Saye langsung berkoordinasi dengan Bang Abdullah, H Edi, Bang Khadavi, Bang Zulkifli, Bang Jefri, Bang Dedi dan lain-lain untuk meminta arahan dan tunjuk ajarnye. Sehingga lahirlah komunitas ini," jelas Pak Usu.

Pak Usu yang identik dengan rambut gondrongnya mengatakan, ia juga sudah menggelar rapat internal terkait wacana di hari jadi ke-11 Kepulauan Meranti. Saat itu dibahas nama kelompok dan program kerja jangka pendek, panjang menengah dan jangka panjang.

"Kite berencana di hari jadi Meranti nanti akan turun beramai-ramai dengan pakaian Melayu klasik dan lengkap dengan keris di pinggang atau dipegang. Lalu para wanita akan bermain congkak, menganyam tikar, membuat ketupat dan lain-lain," pungkasnya lagi.

Lebih jauh dikatakannya, rekan-rekan Komunitas Serai Serumpun berinisiatif turut memeriahkan hari jadi Meranti. Para laki-laki akan bermain layangangan, bermain gasing dan memainkan permainan tradisional lainnya.

Kedepannya, tambah Pak Usu, anggota AMP sepakat menggunakan pakaian Melayu klasik sebagai agenda tetap. Diantaranya dipakai pada hari jadi Meranti, kenduri sekampong, halal-bihalal, mengikuti pengajian, dan kegiatan lainnya.

Mereka juga meminta Pemda agar menambah ekstra kurikulum tambahan tentang budaya Melayu, baik sekolah negeri maupun swasta. Meminta dibuatkan Perbup atau Perda tentang mengenakan bepakaian sopan dimuka umum. Memasukkan kesenian budaya Melayu di setiap sekolah tanpa terkecuali dan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan guna mempublikasikan ke masyarakat umum.

"Salah satu program kerje yang akan kami upayekan adelah mengikuti pengajian dari masjid ke masjid mengenekan baju klasik itu. Sebab, di era kerajaan dulu Sultan dan para pembesar istana bahkan hingge rakyat jelate memekai tanjak saat ke masjid," jelas Pak Usu.

Sebut Pak Usu lagi, baju klasik tersebut bisa dibuat dari kain sarung. Ia berharap bahwa program-program yang disusun bersama rekan-rekannya itu mendapat dukungan dari pemerintah kabupaten. Kegiatan AMP turut didukung oleh Organisasi Kepemudaan (OKP) Laskar Merah Putih yang diketuai Tengku Fadli Fakhrudin, LAM-R Kepulauan Meranti Ketua Umum Datuk Seri H Ridwan Hasan dan Ketua Harian dibawah naungan Datuk Seri Muzamil Baharudin.

"Khusus untuk wanita mengenekan baju kurung Melayu tidak untuk menampakkan lekuk badannye sebab jaman nenek moyang kite bajunye semue agak melobou alias longgar. Untuk lelaki ketike mengenekan tanjak pade saat adzan dikomandangkan, tidak ade lagi beraktifitas karena hal itu merusak citra tanjak," tutupnya.

Sementara itu Sekretaris LAM-R Kepulauan Meranti sekaligus dewan penasehat Komunitas AMP, Datuk Abdullah menyikapi, ada nilai plus bergerak di komunitas ini. Diantaranya adalah tidak begitu terikat, semua unsur organisasi, LSM, Orsospol, Ormas, OKP, paguyuban, Swasta maupun Aparatur Negri Sipil (ASN) atau pribadi dan perorangan yang merasa searah, setujuan, memiliki kesamaan prinsip dan persepsi atau pandangan yang sama dalam suatu sasaran, boleh bergabung.

"Saye memandang hal ini sangat baik untuk dimula bertepatan dengan momen HUT Meranti, kita berharap hal ini bisa dilakukan setiap tahunnya," ujarnya Abdullah.

Ditambahnya lagi, ia akan juga akan melibatkan masyarakat suku pedalaman atau lebih dikenal Suku Akit karena Akit termasuk Komunitas Adat Terpencil (KAT) menurutnya, mereka juga bahagian dari Melayu tua.

"Semoga ini awal yang baik, saye juge mangapresiasi dari sudut pandang Pak Usu dan kawan-kawan sebab peduli dengan seni dan budaya Melayu, memang sebagai anak jati Melayu harus berbuat untuk negerinye sendiri," kata Abdullah.*