Khawatir Terseret Banjir Sulbar, Warga Ikat Rumah ke Pohon

Senin, 13 Januari 2020 - 09:25:00 WIB

Ilustrasi.(sumber;internet)

SULBAR - Demi mengantisipasi agar tak terseret banjir yang airnya semakin meninggi, Warga Desa Bondra, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat mengikat rumahnya di pohon.

Berdasarkan pantauan, permukiman warga di desa tersebut terendam banjir hingga setinggi 50-60 cm atau sekitar tinggi lutut orang dewasa.

"Warga mengikat rumahnya di pohon agar tidak terseret air banjir ketika Sungai Mapilli tidak semakin meluap dan arusnya semakin kencang," kata Alif, salah seorang warga setempat, kemarin.

Dia mengatakan akses jalan di desanya sudah tidak tampak karena terendam banjir, luapan air sungai tersebut.

Seorang warga setempat lainnya, Yusrang, mengatakan, selain Desa Bondra, Desa Segerang di sekitar Sungai Mapilli juga terendam air.

Sejumlah warga setempat lainnya, juga tampak panik karena banjir dari hulu sungai itu terus terjadi. Selama dua hari terakhir, hujan turun di wilayah Polewali Mandar itu.

Dia mengatakan masyarakat juga telah memantau kondisi Bendungan Sekka Sekka yang berada di hulu Sungai Mapilli, karena air di bendungan itu terus naik.

"Beberapa masyarakat yang telah merasa risau dengan adanya cuaca ekstrem sejak kemarin (11/1) hingga sore tadi memantau Bendungan Sekka Sekka yang dalam status siaga dua," katanya.

Ia mengatakan ketinggian air di Bendungan Sekka Sekka 180-185 mercu itu masih dalam kondisi siaga dua.

"Warga tetap waspada karena jika air telah berada pada ketinggian 200 mercu maka kondisi siaga satu, semoga hujan di hulu dapat berhenti," katanya.

Selain itu, sekitar 50 kilometer dari Polewali Mandar, banjir yang terjadi akibat hujan deras disertai angin kencang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Pemantauan di Majene, Minggu, banjir merendam sejumlah fasilitas pemerintah serta fasilitas umum, maupun sekolah dan kampus di kota Majene.

Selain itu, banjir juga menggenangi pemukiman warga setempat hingga air setinggi lutut orang dewasa.

Banjir juga sempat merendam jalur Trans Sulawesi yang menghubungkan Provinsi Sulsel dan Sulbar yang melintas di Kota Majene.

Hujan deras yang melanda Majene selama dua hari terakhir tersebut, membuat roboh talud dan pagar Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Majene ke ke jalan.

Selain itu, angin kencang yang datang bersamaan dengan hujan deras juga membuat pepohonan di jalur Trans Sulawesi Kabupaten Majene tumbang ke jalan.

Bupati Majene Fahmi Massiara menyampaikan fenomena angin Monsun Australia yang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjadi penyebab bencana itu terjadi di Majene.

Salah seorang warga Majene, Syam, mengatakan bukan hanya masyarakat di wilayah perkotaan yang diterjang banjir disertai angin kencang.

Namun, lanjutnya, sejumlah rumah warga yang ada di pesisir pantai di wilayah Kabupaten Majene juga terkena dampak gelombang pasang sehingga membutuhkan bantuan pemerintah.

"Sudah 10 unit rumah masyarakat nelayan di wilayah Dusun Sumakuyu, Desa Onang, Kecamatan Tubo Sendana yang dirusak gelombang pasang," katanya.*