Giovanna, Gadis 16 Tahun Pendiri Perpustakaan di Bintan

Ahad, 22 April 2018 - 00:05:00 WIB

Giovanna Pendiri Perpustakaan di Bintan. (sumber;internet)

BINTAN – Meski telah wafat 114 tahun yang lalu, gagasan RA Kartini soal emansipasi wanita terus dikenang dan dimaknai hingga saat ini. Salah satunya adalah bagaimana memperjuangkan hak dan pendidikan kaum perempuan. 

Kini, Kartini baru hadir untuk membuat perubahan yang bermakna bagi sekelilingnya. Salah satunya adalah Giovanna Santoso, gadis yang pada 2016 lalu baru memasuki usia 16 tahun telah membangun sebuah perpustakaan di Bintan yang diberinya nama Library @ Trikora. 

Melalui surel yang dikirimkannya kepada VIVA, dia menyebut salah satu alasan yang mendorongnya untuk membangun perpustakaan ini karena sejak kecil suka membaca. 

"Sebenarnya saya tumbuh dan menjadi akrab dengan buku melalui kunjungan ke perpustakaan dan toko buku. Ayah saya selalu tak pernah lupa membawa saya ke perpustakaan setiap akhir pekan. Rekatan emosional saya dengan ruang baca selama masa kecil adalah salah satu alasan utamanya di balik pendirian Library @ Trikora," ungkap Gio, sapaannya.
 

Tidak hanya itu, dia pun melihat adanya peluang kontribusi dalam memperkecil kesenjangan dalam pendidikan. Gio melanjutkan, menginisiasi kegiatan nirlaba, meski kecil, adalah kontribusi nyata dalam memanfaatkan pendidikan yang telah diterimanya dan memberikan kembali manfaat tersebut kepada masyarakat.

Di sisi lain, gadis berkacamata itu pun mengaku mengalami beberapa kendala yang harus dihadapinya dalam membangun perpustakaan. Dia menyebut, tantangan terbesarnya adalah menggalang dukungan di lapangan. 

"Hambatan seperti ini muncul, begitu banyak sehingga menghambat efisiensi dan jangkauan layanan kita. Masyarakat harus menyadari bahwa salah satu hadiah terbesar yang dapat Anda berikan kepada lembaga nirlaba adalah waktu Anda," terang dia. 

Soal pemilihan Bintan sebagai lokasi pembanguan perpustakaan tersebut tidak lain karena ingin  mengubah persepsi sebagian besar wisatawan bahwa Bintan hanya pulau dengan resor pantai yang mewah, padahal sebenarnya, ada komunitas pesisir lokal yang kurang terlayani, yang sebenarnya memiliki potensi untuk dapat berkembang juga. 
 

Dia menyebut, pembangunan perpustakaan yang berada di daerah pesisir tepatnya di Desa Teluk Bakau ini adalah atas biaya pribadi. Namun untuk koleksi bukunya juga yang didapatkan dari berbagai relawan dan mitra perusahaan di Indonesia dan Singapura. 

Kini setelah dua tahun keberadaan perpustakaan tersebut, Gio masih aktif datang ke desa tersebut, terutama ketika memasuki libur sekolah. Dia melakukan berbagai hal untuk membuat perpustakaanya itu tetap terus hidup. 

Mulai dari mengembangkan dan membina kontak dengan para donatur buku, juga penerbit yang berminat menyumbang bahan bacaan dan materi pendidikan, hingga mengajak relawan yang berminat untuk berkunjung ke lapangan. 

"Selain itu, setiap 2-3 minggu Ayah saya akan pergi ke Bintan untuk mengumpulkan paket-paket buku yang dikirim oleh donor dari daerah-daerah di Indonesia (melalui Gerakan Literasi Cargo Gratis yang diprakarsai oleh Presiden Jokowi) dari kantor pos setempat dan juga memastikan bahwa operasi perpustakaan berjalan seperti biasa," jelas dia.
 

Secara bersamaan, dia merekrut relawan lokal dari desa setempat untuk mengoperasikan Perpustakaan Keliling yang baru-baru ini diluncurkan ke 2 hingga 3 desa di sekitar pesisir di Bintan yang menempuh jarak 30km setiap minggunya dari Library @ Trikora. 

"Perekrutan relawan tetap akan menjadi tantangan utama kami. Semoga kami dapat berhubungan dengan lebih banyak orang yang berpikiran sama dan dapat saling membantu dan berbagi ide tentang bagaimana kami dapat meningkatkan jangkauan pelayanan kami kepada masyarakat," katanya menerangkan.*