Suasana Nepal Ala Lokal Ada di Magelang

Senin, 20 Juli 2020 - 10:59:00 WIB

sumber;internet

MAGELANG - Pemandangan alam sekitar lereng Gunung Sumbing sangat luar biasa. Salah satunya di dusun tertinggi di Kaliangkrik, Magelang, yang membuat traveler seperti sedang berada di Nepal.

Dusun ini dikenal memiliki beberapa sebutan karena keindahan alamnya. Sepanjang perjalanan menuju dusun akan melihat hamparan tanaman sayur-mayur menghijau. Kemudian, dari kejauhan jika saat cerah bisa melihat keindahan Gunung Sumbing.

Untuk menuju dusun ini, perjalanan dari Kota Magelang sekitar 30 menit. Pemandangan laiknya Nepal itu ada di Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jateng.

Dusun ini berada di ketinggian 1.620 mdpl. Bangunan rumah milik penduduk bersusun seperti teras siring. Kemudian, warga masyarakat Dusun Butuh ini sangat ramah sekali.

Saat traveler berada di dusun ini, warga dengan ramahnya mempersilakan untuk mampir di rumahnya. Dusun dengan berpenduduk 610 KK atau 2.500-an jiwa dengan mayoritas sebagai petani.

Kepala Dusun Butuh, Lilik Setiyawan, mengatakan dusun itu dulunya sempat viral dengan sebutan Nepal, tepatnya setahun lalu pada Juli 2019. Tapi, jauh sebelumnya, kata Lilik, dusun ini ada yang menyebut mirip dengan Rio de Janeiro Brasil, kemudian ada juga yang menyebut Tibet.

"Padahal dulu-dulu sebelum muncul istilah Nepal. sudah ada sebutan yang lain. Selama ini yang saya terima dan sering ngobrol, Rio de Janeiro Brasil, terus Tibet juga. Lha sekarang tambah Nepal, jadi ketiga-tiganya istilah dusun sini yang saya syukuri," kata Lilik.

Alhamdulillah hidup di dusun tertinggi di Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, jauh dari perkotaan, pelosok, tapi sekarang ada satu sisi yang bisa kami banggakan. Banyak pengunjung, bahwa 'di Kabupaten Magelang ada Dusun Butuh yang secara karateristik dan geografis', seperti ini," Lilik menambahkan.

Untuk pengunjung yang mau datang ke dusun ini, belum ditarik retribusi. Yang perlu diperhatikan untuk sampai di dusun ini, sepeda motor maupun kendaraan yang dipakai benar-benar kuat.

"Sementara tidak. Jadi, kami belum sampai arah ke situ (retribusi). Yang penting kami mau mengelola atau menata ulang biar bagaimana dusun ini kelihatan menarik dulu. Untuk arah seperti itu (retribusi), kami belum. Saat ini sudah ada tamu, siapapun berkunjung dan main pun, silaturahmi, terima kasih berkunjung di dusun ini," ujarnya.

Saat berada di Dusun Butuh, kata Lilik, bisa melihat pemandangan pegunungan Ponorono, kemudian pegunungan Menoreh.

Untuk susunan rumah yang ada, katanya, terbentuk secara alami karena kanan kiri merupakan lahan pertanian teras sering. Kemudian dibangun rumah mirip teras sering dengan mengikuti kontur tanah.

"Ya dari dulu seperti ini. Dirikan bangunan rumah mengikuti kontur tanah," tuturnya.

Salah satu pengunjung di Dusun Butuh, Nugi dari Sleman menuturkan, saat berada di dusun ini merasa nyaman dan betah. Menurutnya, view di sini lebih bagus, kemudian warga masyarakatnya ramah.

"Suasananya bagus ya, saya ngerasain betah disini makin nyaman. Kalau kita lihat dari view-nya itu, saya lebih memilih di sini (Kaliangkrik) daripada kalau misalnya ke Sikunir dan sebagainya. Jadi masyarakatnya ramah banget, tiap bertemu dengan masyarakat selalu disapa, ya pokoknya ramah," tuturnya.*