ARIZONA - Tidak ada yang mau cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi bukan berarti kamu harus memborbardir gebetan dengan 65 ribu pesan singkat bernada ancaman hanya karena cintamu ditolak kan?
Seperti yang dilakukan Jacqueline Ades. Ia ditangkap Kepolisian Paradise Valley, Arizona, Amerika Serikat, atas tuduhan ancaman terhadap seorang pria yang diduga sebagai teman kencannya dulu.
Semuanya bermula dari sebuah kencan pertama Jacqueline yang berujung penolakan dari sang gebetan. Rupanya pria pujaannya tak mau bertemu lagi dengan perempuan 31 tahun.
Keduanya berkenalan lewat sebuah aplikasi kencan online Januari 2017 silam. Menurut pernyataan polisi, Jacqueline rupanya masih terus mengirimkan pesan singkat kepada pria tersebut secara bertubi-tubi, bahkan mencapai 500 pesan per hari. Sampai 17 bulan setelah kencan pertamanya yang gagal itu, total sudah 65 ribu pesan yang dikirim.
Dalam dokumen gugatan, tertulis bahwa banyak dari isi pesan tersebut bernada ancaman. "Jangan pernah meninggalkanku, atau aku akan membunuhmu. Aku tidak mau jadi pembunuh," demikian bunyi salah satu pesan Jacqueline seperti dikutip CNN.
Disebutkan pula, setelah membunuh, ia akan mengambil organ tubuhnya, lalu mandi dengan darah sang gebetan. Tak mendapat respons dari pria tersebut, Jacqueline rela datang jauh-jauh dari Florida ke Arizona dan mendatangi rumah sang gebetan saat sedang kosong. Ia bahkan sempat menumpang mandi.
"Aku bilang, jika dia berani memblokku di aplikasi itu, aku akan datang ke sini," kata Jacqueline saat diwawancarai sebuah stasiun TV di penjara.
Polisi menangkap Jacqueline saat dia muncul di kantor pria tersebut dan mengaku sebagai istrinya. Dari penangkapan itu, polisi juga menyita sebuah pisau yang tergeletak di jok depan mobilnya.
Kepada reporter TV, Jacqueline dengan yakin menyebut bahwa pria tersebut adalah belahan jiwa sekaligus malaikat pelindung. Saat reporter bertanya apakah mengirim 65 ribu pesan tergolong tindakan yang agresif, Jacqueline lalu menjawab, "Cinta adalah sesuatu yang agresif."