Pendidikan

Biaya Kuliah Murah, Alasan Orangtua 'Paksa' Anak Ikut SBMPTN

JAKARTA - Beberapa waktu lalu, 860.001 lulusan SMA mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018. Mereka beradu kemampuan, memperebutkan bangku kuliah di 85 PTN di Indonesia.

Ternyata, dari ratusan ribu perserta tersebut bukan PTN yang berkualitas yang dikejar. Hanya karena biaya kuliah yang murah yang mendorong orang tua 'memaksa' anaknya ikut SBMPTN. Hal tersebut dikatakan sejumlah Ibu-ibu yang tengah menunggu anaknya menyelesaikan ujian SBMPTN.

Seperti Desi Dewi, salah satu orang tua yang mengaku pertimbangan utama mendorong anaknya ke PTN karena biaya PTS jauh lebih mahal.

"Pastinya murah, dari segi biaya lebih murah dibanding swasta," terang Desi di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dijelaskannya, berdasarkan pengalamannya mendampingi anak untuk mencari kuliah, biaya masuk untuk jurusan kedokteran di PTS mencapai kisaran R440 juta hingga Rp700 juta. Sementara untuk biaya semesterannya mencapai Rp35 juta. Sementara untuk PTN jumlahnya jauh berbeda bahkan ada yang tidak mencapai dua digit. 

Sementara, untuk jurusan lain di PTS seperti manajemen mencapai Rp8 juta hingga Rp22 juta. "Emang jurusan lain (bukan kedokteran) di PTS jauh lebih murah, tapi tetap saja di negeri yang lebih murah," katanya.

Menurutnya, hal yang mempengaruhi biaya kuliah ini adalah jalur tes masuk, bila leat jalur yang semakin akhir di PTN maka akan semakin mahal. Selain itu tingkat akreditas jurusan baik di PTN maupun PTS.

Sementara itu, Suryati, orang tua peserta lainnya menyatakan, selain pertimbangan utamanya karena biaya, juga karena nama PTN yang sudah lebih dikenal.

"Kan murah dari swasta, terus negeri kan juga sudah ada nama baiknya, jadi lebih mudah untuk bisa masuk kerjanya," katanya.

Senada, orang tua lainnya, Sri Nurari mengaku karena pertimbangan biaya. "Jauh lebih murah. Kalau ada yang gratis malah kita inginnya yang gratis," selorohnya.

Sementara, Nursana Kusniawati menambahkan, kebutuhan yang tinggi membuat harus lebih perhitungan dalam pembiayaan.

"Kebutuhan kan bukan hanya untuk anak sekolah saja. Selain itu, mereka kan juga butuh vitamin, makanan, dan lain-lain supaya bisa belajar. Jadi kebutuhan biaya besar," ucapnya.*