News

Duet Kakak Beradik yang Selalu Kompak "Peduli Bencana"

JAKARTA - Gempa bumi 7 SR yang mengguncang wilayah Nusa Tenggara Barat dan Bali pada 5 Agustus 2018, telah menelan ratusan korban meninggal dunia dan ribuan korban luka. Berbagai elemen bangsa pun turun memberi bantuan, tak terkecuali aktivis anak, H Patrika SA Paturusi dan kakaknya, Prof Idrus A Paturusi yang juga seorang Guru Besar Ilmu Bedah.

Bagi Anggie, sapaan akrab Patrika Paturusi, duka yang menimpa anak-anak NTB dan Bali adalah dukanya selaku Ketua Umum Gerakan Masyarakat Peduli Anak dan Remaja Indonesia (GEMPARI). Senin (6/8/2018), Prof Idrus bersama 20 orang lainnya dari tim Ikabi, PSC, tim relawan RS Wahidin dan Dompet Duafa, tiba di bandara Lombok pada pukul 17.00 WIT dan langsung menuju RSUD Provinsi NTB.

Prof Idrus, langsung berkoordinasi dengan Dirut RS, Kapuskes TNI, Kapuskesad TNI dan Karumkit RSPAD Gatot Subroto sembari terus mem- briefing tim. Di RS yang dindingnya juga sudah retak-retak terimbas gempa itu, Guru Besar Bedah ini memimpin langsung tindakan operasi terhadap korban.

"Kia harus kasih contoh. Kalau kita berani operasi, pasti semua ikut. Beri keyakinan bahwa gedung ini bisa dipakai operasi, tidak usah operasi di luar. Tidak usah takut, ayo kita mulai," kata Prof Idrus, meyakinkan tim.

Sementara tindakan medis berat berlangsung di RS, Anggie sibuk menangani korban di tenda-tenda pengungsian. Meski hanya menyandang gelar Magister Ilmu Hukum dan tidak mendalami ilmu kesehatan, Anggie tetap bahu-membahu bersama tim medis dan berbagai pihak untuk memberi penanganan awal yang optimal kepada para korban.

"Mereka saudara-saudara kita. Anak-anak ini, anak-anak kita," ujar Anggie di sela kesibukannya di tenda pengungsian. Hari ini, Ahad (13/8/22018), Prof Idrus bertolak ke Jakarta karena menjadi Tim Medis test kesehatan Capres/Cawapres, sementara Anggie tetap di Lombok. 

"Di banyak kesempatan, kami memang sering begini. Meski terjun di bencana yang sama, Kakak saya sibuk di penanganan medis berat yang biasanya di RS, sementara saya lebih banyak di tenda-tenda. Bagi-bagi tugas lah ya," terang Anggie.

Seperti diketahui, hingga Sabtu (11/08/2018), BNPB NTB mencatat, sebanyak 387 orang meninggal dunia. Jumlah itu, tersebar di Kabupaten Lombok Utara 334 orang, Lombok Barat 30 orang, Lombok Timur 10, Kota Mataram 9, Lombok Tengah 2, dan Kota Denpasar 2 orang.

Diperkirakan, jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena masih ada korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh, serta adanya korban meninggal yang belum didata dan dilaporkan ke posko.
 
Kepiluan ini semakin menjadi dengan jumlah korban luka yang mencapai 13.688 orang dari berbagai gender dan usia, termasuk anak-anak. Pengungsi, tercatat sebanyak 387.067 jiwa dan tersebar di ribuan titik.

"Saya tahu kami tidak sendiri, saudara-saudara kita di NTB tidak sendiri. Karenanya, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut ambil bagian dalam menangani bencana yang memilukan ini," demikian Anggie kepada IDN Jurnal, Minggu, 13 Agustus 2018.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...