Trashod

Ghatib Beghanyut, Ritual Tolak Bala di Siak

sumber;internet

SIAK - Ratusan masyarakat Kabupaten Siak menggelar doa tolak bala melalui tradisi Ghatib Beghanyut yang dilaksanakan di Pelabuhan Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (LLASDAP), jalan Datuk Pesisir, Kelurahan Kampung Dalam, Siak Sri Indrapura, Riau.

Namun dalam khidmat doa tersebut tak terlihat hadir Bupati Siak Alfedri di tengah masyarakat yang sedang mendoakan Kabupaten Siak agar terhindar dari segala bencana.

Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak, Wan Saiful Effendi membenarkan ketidakhadiran Bupati Siak Alfedri dikarenakan ada rapat di Jakarta tentang jalan Tol.

"Direncanakan memang pak Bupati langsung yang akan memimpin acara Ghatib Beghanyut, tapi tak terkejar dia balek lagi ke Siak, berangkat pagi Selasa (22/10/2019) pagi jadi tak tekejar malamnya ikut acara tersebut," cakap Kabag Humas, Wan Saiful Effendi kepada pewarta, Rabu (23/10/2019).

Meski tanpa Bupati Siak, acara tersebut sukses dilaksanakan dan jemaah dipimpin imam dari Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Dr Syekh H Hasan Haitami dengan didampingi ketua LAMR Siak Datuk Sri Wan Said.

Kala kapal bertolak, suara azan pun berkumandang dari atas kapal. Tanda bahwa kapal sudah hanyut mengikuti arus sungai Siak.

Kapal hanyut ke arah pelabuhan Belantik Kampung Suak Lanjut. Zikir mulai menggema di atas kapal. Para jemaah tampak khusuk mengucapkan kalimat tauhid. Mereka seperti tak peduli sejauh mana kapal sudah hanyut.

Kapal kecil yang berada di belakang dan samping kapal besar. Semakin keras kalimat tahlil menggema, semakin jauh pula kapal hanyut.

Warga Kota Siak yang tak ikut di dalam kapal, dapat melihat dari tepian sungai. Tujuan Ghatib Beghanyut ini untuk mendoakan negeri terhindar dari segala bencana. Untuk itu, mereka menghanyutkan segala yang tidak menyenangkan bagi masyarakat Siak.

Sepanjang kapal hanyut, para jemaah begitu khusyuk. Terlihat ada yang menadahkan tangan tinggi-tinggi kala pemimpin jemaah memanjatkan doa. Ada pula menggelengkan kepala sambil mengucap kalimat tahlil sekencang-kencangnya.

Selain itu terlihat pula beberapa jemaah yang bertahlil sampai keluar air matanya menangis tersendu kala memanjatkan dia kepada Allah SWT.

Setelah lebih satu jam berhanyut, kapal menepi dan bersandar di pelabuhan Belantik. Sampai sini, ratusan masyarakat sudah menunggu jemaah selayaknya pulang dari Haji.

Mereka pun bershalawat sambil membawa obor dari bambu mengantarkan sampai ke bus yang sudah terparkir di sana. Dari pelabuhan ini, para jemaah diantar kembali ke LLASDP tadi.

Asisten III Pemkab Siak, Jamaluddin dalam pidatonya mengatakan sejarah Ghatib Beghanyut awalnya karena musibah berkepanjangan yang menimpa Kesultanan Siak dulu. Seperti wabah (sampar), malaria, dan musibah atau penyakit lainnya.

Untuk mengusir semua itu, pihak kesultanan melakukan ritual tolak bala dalam bentuk membacakan ratib (ghatib) beramai-ramai.

"Tradisi ini mulai tahun 1975. Kalau orang tua kita dulu, behanyutnya mulai dari Kecamatan Tualang, sampai di Buatan Koto Gasib disambut, hingga ke Mempura," kata Jamaluddin.

Menurut Jamal, selain religius acara ini juga dapat mengudang wisatawan baik mancanegara maupun dalam negeri datang ke Siak.

"Walau sekarang tujuan itu belum tercapai, tapi sesuai visi misi Kabupaten Siak sebagai tujuan wisata religius di Sumatera, kedepannya kita berharap, itu kesampaian," ujarnya.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...