Tips & Trick

Jagan Pakai Kresek, ini Cara Sehat dan Aman Bungkus Daging Kurban

ilustrasi (sumber;internet)

JAKARTA - Hari Raya Idul Adha tak bisa lepas dari daging kurban. Selepas sholat Ied, umat Muslim biasanya begitu antusias menyaksikan penyembelihan hewan kurban.

Namun, ada satu aspek yang kerap diabaikan saat proses penyembelihan kurban, yaitu soal pengemasannya. Di kalangan masyarakat Indonesia, daging kurban biasa dikemas menggunakan kantong plastik, alias kresek.

Padahal sudah ada instruksi bahwa kresek dilarang untuk membungkus makanan. Bahkan, larangan ini telah digulirkan sejak bertahun-tahun lalu. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2009 mengeluarkan peringatan publik tentang "Kantong Plastik 'Kresek'”.

Peringatan itu dikeluarkan pada 14 Juli 2009, yang telah didahului dengan pengawasan terhadap kantong plastik kresek. Alasan pelarangan tersebut menitikberatkan pada temuan bahwa kantong plastik kresek berwarna, terutama hitam, kebanyakan merupakan produk daur ulang yang sering digunakan untuk mewadahi makanan.

"Dalam proses daur ulang tersebut, riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan atau manusia, limbah logam berat, dll. Dalam proses tersebut juga ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah dampak bahayanya bagi kesehatan," demikian salah satu poin yang tertulis dalam surat peringatan BPOM itu.

Meski demikian, agaknya susah untuk melepaskan ketergantungan masyarakat pada plastik kresek. Apalagi tak dapat dimungkiri bahwa plastik mudah didapatkan dan praktis. Lantas, bagaimana solusinya?

Pakar Food Packaging Fakultas Peternakan UGM, Dr. Ir. Endy Triyannanto, S.Pt., M.Eng, IPM, memaparkan alternatif lain untuk pengemasan daging kurban tanpa menggunakan plastik daur ulang, yaitu menggunakan plastik PA/PE berperekat (sealed plastic bag).

“Kantong plastik berperekat, merupakan pilihan yang aman, praktis, terjangkau, dan terlihat lebih menarik. Dengan perekat, daging dapat terhindar dari kontak langsung dengan sinar matahari, debu, dan risiko tumpah pada waktu distribusi. Plastik PA/PE dan mesin sealer juga mudah didapatkan di pasaran,” ujarnya, Selasa 21 Agustus 2018.

Selain plastik berperekat, Endy mengungkapkan bahwa terdapat dua alternatif lain pengemasan daging yang juga baik untuk diterapkan. Pertama, dapat menggunakan kemasan vakum. Dengan pengemasan seperti ini, kadar oksigen dapat dikurangi sehingga otomatis proses oksidasi berkurang. "Proses ini efektif untuk mengurangi ketengikan daging,” kata Endy.

Kemasan vakum merupakan pilihan yang mudah dan terjangkau. Kantong plastik vakum berbahan baku PA/PE, 2 lapis dengan bahan polyamide/polyethylene dan mesin vakum sekarang juga mudah di dapatkan di pasaran dengan harga terjangkau.

“Pilihan kedua, di era industri yang sangat potensial untuk digunakan ialah retort pouch, yaitu pengemasan dengan proses sterilisasi menggunakan plastik multilayer,” ujar Endy.

Proses sterilisasi mikrobakteri hingga 121 derajat Celcius dapat mengawetkan daging olahan selama lebih dari 1 tahun pada suhu ruangan.

Endy mengungkapkan, pengemasan ini belum banyak berkembang di Tanah Air. Namun, ia yakin teknik pengemasan ini berprospek bagus di Indonesia yang rawan bencana alam.

“Teknik ini sangat sesuai digunakan untuk mengemas daging olahan yang akan disalurkan ke daerah bencana. Transportasi bahan bernutrien tinggi sulit, sehingga retort pouch dapat menjadi solusi yang tepat,” katanya.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...