Life

Batik Girl Sebarkan 10 Ribu Boneka Batik ke ASEAN

Lusia Efriani Kiroyan, pendiri Cinderella From Indonesia Centre (CFIC). (sumber:internet)

MELBOURNE - Yang namanya narapidana tentu konotasinya selalu bermasalah. Namun bagaimana jika justru dari balik jeruji tersebut muncul kreatifitas yang luar biasa? Batik Girl, sebuah program pemberdayaan narapidana perempuan di Indonesia yang melaksanakan itu. Mereka berharap dapat membagikan 10 ribu boneka berpakaian batik kepada anak-anak kurang beruntung di ASEAN.

Hal ini dikemukakan oleh pendiri Batik Girl, Lusia Efriani Kiroyan, pendiri Cinderella From Indonesia Centre (CFIC), saat berkunjung ke Melbourne, kemarin. Kunjungannya ini sebagai bagian dari pengenalan program Batik Girl di Australia, yang juga mengunjungi kota Darwin.

Diterangkan Lusia menjelaskan Batik Girl adalah upaya untuk membina dan memberdayakan napi perempuan di Indonesia dengan membekali keterampilan membuat pakaian boneka dari kain batik. Kita ingin memberikan terapi lewat seni bagi napi perempuan yang kebanyakan terkena kasus narkoba," ujar Lusia yang juga pernah mengikuti program Muslim Exchange Program tahun 2012 dari pemerintah Australia.

"Ini adalah bentuk upaya kami untuk merawat napi-napi perempuan agar mereka tidak lagi ketergantungan obat."

Lusia baru saja mendapatkan dana hibah dari Alumni Grant Scheme (AGS) dari pemerintah Australia yang dananya dipakai untuk melakukan pelatihan bagi 100 narapidana di penjara Batam dan Bali untuk membuka seribu boneka.

"Kita sudah menyelesaikan seribu boneka untuk anak-anak yang sakit dan kurang beruntung di ASEAN dan targetnya nanti adalah seribu untuk setiap negara anggota," kata Lusia lulusan Sastra Inggris dari Universitas Airlangga Surabaya tersebut.

Untuk menjalankan program sosialnya, Lusia mengaku banyak mengikuti kompetisi hibah internasional. Lalu mengapa ia memilih boneka sebagai produknya? "Saya pernah mengikuti sebuah program di Amerka Serikat dan saya mendapat julukan 'The Doll of Indonesia', karena saya suka pakai batik," ujarnya seperti yang dilansir ABC di Melbourne.

"Sebelum saya sibuk seperti sekarang, saya punya kebiasaan setiap hari Jumat untuk mengunjungi anak-anak yang terkena kanker, HIV, atau yang sedang sakit di rumah sakit secara rutin. Karena sibuk, saya ingin ada satu sosok yang bisa menggantikan kunjungan saya ke anak-anak dan mungkin boneka ini bisa mewakili saya dan anak-anak bisa terus mengingatnya," terangnya.

Sudah ada lebih dari 150 narapidana perempuan Indonesia yang mendapatkan pelatihan untuk merancang dan menjahit baju dari kain batik dengan upah sekitar Rp 10.000. 

"Ada seleksi, karena ini melibatkan jarum dan gunting, jadi jika secara psikologis mereka belum siap, mereka tidak bisa mengikuti program pembinaan ini," ujarnya.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...