PEKANBARU - Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Kota Pekanbaru menyoroti masih banyaknya eksploitasi anak di Pekanbaru. Hal tersebut karena masih banyaknya anak dibawah umur yang masih terlihat menjajakan dagangannya seperti tisu, koran dan juga minuman di persimpangan lampu merah.
"Kami dari LPAI mendesak seluruh pihak untuk mendukung kota Pekanbaru untuk menjadi kota yang layak anak, terutama eksploitasi anak. Kami mengajak seluruhnya untuk mengatasi permasalahan ini," jelas Ketua LPAI Kota Pekanbaru, Widianto Jum'at (06/12/2019).
Widi menuturkan faktor ekonomi keluarga memang kerap dijumpai ketika LPAI turun ke lapangan menjumpai anak-anak yang menjajakan dagangannya.
"Tapi anak-anak ini kalau secara mandiri kerja di jalanan pasti tidak kepikiran, pasti ada dorongan orang lain yang dengan sengaja menyuruh anak-anak untuk bekerja di jalan," jelasnya kembali.
Kendati demikian, Widi juga senada dengan Ketua LPAI Riau, Ester Yuliani Manurung yang mengatakan bahwa saat ini Kota Pekanbaru tidak mencerminkan kota yang layak anak.
Padahal Kota Pekanbaru menyabet tiga penghargaan sekaligus pada peringatan Hari Anak Nasional 2019 di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (23/7/2019).
Tiga penghargaan tersebut yakni sebagai KLA kriteria Nindya, Sekolah Ramah Anak dan Puskesmas Ramah Anak.
"Masih banyak persoalan anak yang muncul ke permukaan, seperti anak-anak jalanan, kekerasan anak dan juga prostitusi anak," katanya lagi.
Terakhir, Widi mengingatkan seluruh pihak agar patuh terhadap undang-undang perlindungan anak. Terlebih lagi hukuman yang diberikan bagi pelaku eksploitasi anak sangatlah berat.
"Jelas di dalam undang-undang jika ada yang mengeksploitasi anak untuk mencari uang itu adalah kesalahan besar," jelasnya.*