News

Meski Banyak Korban, Mengapa Corona Belum Disebut Pandemi?

Ilustrasi.(sumber;internet)

JAKARTA - Wabah corona yang bermula dari Wuhan, China hingga Rabu (26/2) pagi tercatat telah menyebar ke 40 negara. Data sementara ini menunjukkan sudah lebih dari 80 ribu kasus. dengan total kematian mencapai lebih 2.700 jiwa. Sedangkan pasien yang sembuh dari virus corona atau COVID-19 jumlahnya 28.044 orang.

Meski begitu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan penyakit ini sebagai pandemi. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menambahkan virus corona memang berpotensi menjadi pandemi.

Tapi kata dia, kondisi saat ini belum cukup untuk menggolongkan corona sebagai pandemi. Ia menjelaskan, keputusan menggunakan istilah pandemi berdasar pada penilaian berkelanjutan dari penyebaran virus secara geografis, tingkat keparahan dan, dampak ke masyarakat.

"Namun saat ini kami belum menyaksikan penyebaran virus ini secara global," kata Tedros seperti dilansir CNN.

Dia menjelaskan, virus ini menyebar lintas negara menggunakan cara yang berbeda sehingga memerlukan respons khusus di masing-masing daerah. Bukan satu panduan umum yang bisa diberlakukan ke semua negara.

Tedros pun mengingatkan, tak ada penghitungan pasti untuk menentukan sebuah penyakit digolongkan pandemi. Tapi karakteristik wabah menjadi pandemi ditentukan oleh ahli epidemiologi--di mana hingga kini belum ada menetapkan istilah tersebut.

Menurut dia, hal tersebut lantaran para ahli belum melihat transmisi berkelanjutan di antara orang-orang yang baru bepergian ke China atau, yang melakukan kontak dengan orang dari China.

Banyaknya kasus di sebuah negara atau meluasnya penyebaran tidak cukup untuk menggolongkan sebuah penyakit sebagai pandemi. Wabah ini harus berkelanjutan, dari orang ke orang sampai berkali-kali, dan penularannya melalui banyak generasi.

Otoritas kesehatan hingga kini belum memberikan label wabah virus corona sebagai pandemi. Tapi potensi ke arah itu tetap terbuka.

"Kami berada di ujung tanduk," kata dokter William Schaffner seorang spesialis penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center sekaligus penasihat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.

Kekhawatiran serupa diungkapkan Direktur dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases di National Institutes for Health, Anthony Fauci. "Kami benar-benar berada di tepi jurang," kata dia mengumpamakan keadaan.

Untuk sementara ini, sejumlah negara diyakini masih mampu menahan penyebaran dan penularan penyakit. Jika pelbagai negara ini bisa menghentikan wabah sebelum penularannya berkelanjutan maka mereka akan terhindar dari pandemi.

WHO mendefinisikan pandemi sebagai penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia. Ada sejumlah penyakit yang dikategorikan pandemi dan paling mematikan sepanjang sejarah dunia. Beberapa di antaranya cacar, campak, tipus, flu spanyol, black death dan HIV/AIDS.

Sementara Profesor Spesialis Mikrobiologi klinik yang juga guru besar FKUI, Amin Soebandrio menjelaskan jangkauan penyakit yang disebut pandemi biasanya mencakup seluruh dunia atau beberapa benua. Ini pula yang membedakannya dengan epidemi.

"Epidemi itu terjadi di satu lingkungan terbatas, atau negara saja," tutur Amin yang menjabat Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...