Ekonomi

Dolar Naik, Pengrajin Tahu-Tempe Perkecil Ukuran

ilustrasi (sumber;internet)

JAKARTA - Sejumlah pengrajin tahu dan tempe di Bekasi, Jawa Barat, mengaku terkena imbas akibat nilai tukar rupiah terus melemah dari dolar Amerika Serikat. Sebabnya, bahan baku yang dipakai adalah kedelai impor yang dibeli menggunakan uang dollar AS.

"Kami juga terpaksa mengurangi produksi, karena bahan baku di pasaran ikut naik," kata pengrajin tempe di Desa Setia Mekar Bekasi, Kemarin.

Menurut dia, sejak sebulan terakhir harga kedelai di pasar terus merangkak naik. Awalnya, satu kilogram pedagang menjual kedelai impor Rp 7.500, kini sudah mencapai Rp 8.000 per kilogram.

"Naiknya bertahap mulai dari Rp 100 sampai Rp 200," ujar Toni.

Toni mengatakan, sebulan lalu bisa memproduksi tempe dengan bahan baku kedelai sebanyak 1,5 kwintal. Kini, Toni harus mengurangi produksinya hingga 50 kilogram dari biasanya atau hanya memproduksi dengan bahan baku 1 kwintal kedelai.

"Kami juga terpaksa mengurangi ukuran, karena harga jual tempe ke pedagang tidak naik," ujarnya.

Menurut dia, biasanya tempe produksinya mempunyai ukuran hingga lima ons, kini diperkecil mencapai 4,5 ons. Adapun harga jual tidak mengalami perubahan yaitu Rp 5.000.

"Mau menaikkan harga jual kasihan pembeli, khawatir daya beli makin menurun," ujar pria yang sudah belasan tahun memproduksi tempe ini.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...