Trashod

Belanda 'Terima' Wisatawan, Red Light District Sudah Buka?

sumber;internet

AMSTERDAM - Belanda nampaknya sudah yakin untuk membuka negaranya saat pandemi virus Corona. Bagaimana dengan Red Light District-nya?

Pemerintah Belanda setuju untuk menerima kembali kedatangan wisatawan mulai 15 Juni secara bertahap. Hanya 12 negara dengan kasus virus Corona terendah yang masuk dalam daftar pertama ini.

Hotel dan tempat-tempat wisata lainnya juga sudah mulai beroperasi. Penggunaan masker, jaga jarak, mencuci tangan dan segenap peraturan new normal lainnya dijalankan dengan ketat.

Meski demikian, tak semua tempat akan dibuka oleh Pemerintah Belanda. Termasuk yang paling populer, Red Light District.

Seluruh kawasan yang identik dengan prostitusi itu masih ditutup. Museum hingga kelab seks masih kosong-melompong. Hanya lampu merah dan beragam tanda informasi di jendela yang masih dipamerkan. Kawasan itu diminta untuk tutup hingga September.

Situasi itu membuat pekerja seks galau. Sebab, tanpa pekerjaan, cicilan dan kebutuhan hidup lannya harus tetap dibayar.

Untuk tetap 'hidup' ada beberapa dari mereka yang sudah mulai kembali bekerja secara diam-diam. Memang, pelacuran sudah jadi pekerjaan legal, namun di masa pandemi ini wisata seks masuk dalam daftar hitam.

Mereka yang bekerja secara sembunyi-sembunyi harus menanggung risiko berat. Pertama, jika bertemu dengan klien yang kasar, mereka tak bisa meminta bantuan polisi. Kedua, jika ketahuan tentu saja kena sanksi. Bagai buah simalakama, dilakukan punya resiko tapi kalau tak bekerja artinya tak ada pendapatan.

Sebenarnya Pemerintah Belanda sudah memberikan bantuan, termasuk untuk pekerja seks. Namun dalam survei yang dilakukan oleh SekswerkExpertise, sebuah kelompok studi penelitian Amsterdam, dari 108 pekerja seks di Belanda hanya 56 responden yang mengajukan permohonan bantuan, namun hanya 13 persen yang menerimanya.

"Saat ini aku mendapat bantuan sekitar USD 1.500 per bulan sejak Maret. Ini setengah dari pendapatanku," ujar Charlotte de Vries, seorang pekerja seks di Amsterdam.

Rupanya tak semua pekerja seks melaporkan profesinya kepada negara, kebanyakan adalah imigran. Mereka takut dengan stigma sosial jika identitas mereka bocor.

Di tengah pandemi, banyak profesi yang mulai memberlakukan sistem online, tak terkecuali pekerja seks. Namun ada saja resiko yang harus mereka hadapi oleh mereka. Khususnya resiko kehilangan tempat tinggal.

Jika mereka melakukan panggilan online, para pejabat negara bisa saja mengusir mereka dengan alasan menjadikan tempat tinggal sebagai rumah pelacuran tanpa izin.

"Satu menit, saya bisa melamar pekerjaan online. Tapi satu menit berikutnya saya harus berjuang untuk tetap bisa tinggal di rumahku," kata dia.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...