May Day

Lima Tantangan Buruh Zaman Now, Kreatif atau Out!

Ilustrasi pekerja robot yang mulai mengancam buruh manusia. (sumber;internet)

JAKARTA - Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) melihat ada lima tantangan buruh saat ini dalam rangka peringatan Hari Buruh Internasional. Tantangan tersebut harus bisa diatasi dengan peningkatan keterampilan maupun kompetensi buruh ke depan.

Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, perkembangan teknologi saat ini akan menenggelamkan sektor-sektor yang biasa dikerjakan oleh manusia. Mesin mengambil alih tenaga manusia. Potensi pengangguran meningkat.

"Banyak sektor yang sekarang dipegang manusia diambil alih mesin. Jalan tol contohnya, sekarang tidak ada petugas tol karena elektronisasi. Apalagi ada transaksi pembayaran nontunai, lowongan kerja diambil mesin, dan bisa jadi industri lain juga kena," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/5/2018).

Menurut Sarman, ini merupakan salah satu tantangan buruh, pengusaha, dan pemerintah yang harus dicarikan jalan keluarnya sehingga Indonesia bisa mendapatkan peluang dari arus digitalisasi ekonomi.

"Harapan kami jangan melulu setiap May Day yang diperjuangkan upah layak, PP 78 (pengupahan) dicabut, dan lainnya. Harusnya di May Day 2018, kita bisa menjawab tantangan di era digitalisasi ekonomi," terang Sarman.

Selain era digitalisasi ekonomi, tantangan lainnya adalah bagaimana menghadapi serbuan tenaga kerja asing. Tantangan ketiga, lanjut Sarman, meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepada para buruh yang didominasi lulusan Sekolah Dasar (SD), SMP, dan SMA/SMK.

"Tantangan keempat, bonus demografi. Pada 2025-2030, sekitar 60 persen rakyat Indonesia berada pada usia produktif. Ini bisa jadi tantangan dan peluang," jelasnya.

"Bisa jadi peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tapi akan jadi tantangan kalau kita tidak siap dan bonus demografi hanya akan menjadi beban sosial negara," Sarman menambahkan.

Sedangkan tantangan kelima, menurunkan angka pengangguran yang diakui Sarman masih berada pada tingkat 5 persen. Sementara hampir 2,5 juta tenaga kerja baru lahir setiap tahun.

"Bagaimana kita bisa mengantisipasi itu. Jadi jangan monoton tuntut upah layak, tapi bagaimana memperbaiki kompetensi. Kalau skill sudah meningkat, pasti gaji akan menyesuaikan dengan skill kita," tegas Sarman.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...