Ekonomi

Rupiah 'Tekuk' Dolar AS ke Posisi 15.128

Ilustrasi. (sumber;internet)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.128 per dolar AS pada perdagangan pasar spot sore ini, Kamis (1/11/2018). Posisi ini menguat 75 poin atau 0,49 persen dari posisi kemarin sore, Rabu (31/10/2018) di Rp15.223 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.195 per dolar AS atau menguat dari sore kemarin di Rp15.227 per dolar AS. 

Tak hanya rupiah, seluruh mata uang di kawasan Asia rupanya perkasa di hadapan dolar AS. Rupee India menguat 0,63 persen, peso Filipina 0,4 persen, renminbi China 0,4 persen, dan dolar Singapura 0,39 persen. 

Kemudian, baht Thailand 0,37 persen, won Korea Selatan 0,14 persen, ringgit Malaysia 0,11 persen, yen Jepang 0,04 persen, dan dolar Hong Kong 0,03 persen. 

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, kompak bersandar di zona hijau. Dolar Australia menguat 1,2 persen, poundsterling Inggris 1,07 persen, euro Eropa 0,59 persen, franc Swiss 0,53 persen, rubel Rusia 0,38 persen, dan dolar Kanada 0,37 persen. 

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan seluruh mata uang berhasil menguat dari dolar AS karena mata uang Negeri Paman Sam itu mendapat sentimen negatif dari hampir pastinya Inggris keluar dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan istilah Britania Exit (Brexit). 

"Perdana Menteri Inggris Theresia May bilang, ia sudah punya kepastian kesepakatan Brexit terkait sektor jasa finansial dengan Uni Eropa," katanya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (1/11). 

Dari dalam negeri, rupiah mendapat penguatan dari terjaganya tingkat inflasi Indonesia yang masih di bawah 3,5 persen, seperti angka yang ditargetkan pemerintah dan bank sentral nasional. 

Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir inflasi bulanan Indonesia mencapai 0,28 persen pada Oktober 2018. Sedangkan inflasi tahun berjalan sebesar 2,27 persen dan inflasi tahunan 3,16 persen. 

Untuk akhir pekan, Dini memperkirakan rupiah masih punya peluang menguat kembali karena masih ada sentimen negatif yang bisa mempengaruhi pergerakan dolar AS, yaitu rilis data ekonomi dari Inggris. 

"Akan ada data manufaktur, inflasi, hingga pengumuman kebijakan moneter dari Bank of England (BoE). Kalau datanya positif dan BoE optimis dengan perekonomian Inggris pasca Brexit, maka dolar AS bisa melemah lagi," tandasnya.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...