Life

Apakah Nabi Muhammad Sakit Hati Dihina Kaum Kafir?

Ilustrasi. (sumber;internet)

PEKANBARU - Nabi Muhammad diutus di tengah-tengah kaum Quraisy yang ketika itu suka menyembah berhala, bermabuk-mabukan, judi dan melakukan kegiatan jahiliyah lainnya. Rasulullah kemudian mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan semua kebiasaan buruk mereka. Tapi apa yang di dapat, Nabi malah dihina dan dicaci maki oleh kaum Quraisy.

Beruntung Nabi Muhammad orangnya sangat sabar, penuh kasih sayang dan selalu menolong orang lain. Meski beliau sering dihina, dianiaya dan bahkan diancam akan dibunuh oleh kaum kafir, tapi beliau selalu membalasnya dengan kebaikan. Akhlak mulia Rasulullah telah membuat banyak kaum Quraisy ketika itu satu per satu masuk Islam.

Dulu pernah ada orang yang selalu meludahi Rasulullah setiap kali beliau hendak pergi ke masjid. Tapi Nabi tidak membalasnya sama sekali dan hanya diam sambil tersenyum. Hingga suatu ketika, orang yang meludahi itu tidak ada di jalan yang biasa dilalui Nabi. Beliau pun bertanya-tanya kemana orang yang selalu meludahinya. Lalu Nabi mendapat kabar kalau orang tersebut sedang sakit.

Jika kita berada pada posisi Nabi, kita pasti merasa puas dan bersyukur sekali karena orang yang selalu menzalimi kita sedang tertimpa musibah. Tapi Nabi tidak, beliau malah datang menjenguk orang yang selalu meludahinya dan mendoakan kebaikan untuknya. Hingga akhirnya orang itu memutuskan masuk Islam melihat betapa mulianya akhlak Rasulullah yang membalas keburukan dengan kebaikan.

Kemudian ada seorang pengemis buta beragama Yahudi yang setiap harinya selalu disuapi makan oleh Nabi Muhammad. Namun pengemis itu malah mencaci maki Nabi dengan menyebutnya pendusta dan tukang sihir karena dia tidak tahu orang yang menyuapinya adalah Rasulullah. Meskipun dihina di depan wajah, namun Nabi tetap sabar sambil menyuapi pengemis itu.

Ketika Nabi wafat, Abu Bakar menggantikan tugas Nabi untuk menyuapi pengemis buta itu. Kemudian pengemis itu kembali menghina Nabi Muhammad di depan Abu Bakar. Lantas hinaan tersebut membuat Abu Bakar sedikit kesal. Tak lama kemudian, pengemis itu menyadari kalau yang menyuapinya bukan orang yang dulu selalu menyuapinya karena dia selalu bersikap lemah lembut, sementara Abu Bakar agak sedikit kasar karena merasa kesal Nabi dihina begitu.

“Engkau bukan orang yang biasa selalu menyuapi saya, kamu siapa?” tanya pengemis itu. Kemudian Abu Bakar menjawab, “Memang betul bukan, saya Abu Bakar, sahabat Rasulullah.” Lalu siapa orang yang dulu selalu menyuapi saya, kemana dia pergi?” tanya pengemis itu. Abu Bakar menjawab, “Dia sudah meninggal, dia adalah Nabi Muhammad SAW yang selalu engkau hina.”

Mengetahui kalau orang yang selama ini selalu menyuapinya adalah Nabi Muhammad, orang yang selalu dia hina, seketika pengemis itu menangis dan kemudian masuk Islam.

Dua kisah orang di atas adalah salah satu dari sekian banyak cacian, makian, hinaan dan penganiayaan yang dialami Nabi Muhammad selama menyebarkan Islam. Kesabaran dan kasih sayang beliau telah membuat banyak orang memeluk Islam. Oleh karena itu, sampai sekarang pun Nabi akan dikenang sebagai manusia yang paling mulia akhlaknya.

Lantas, pernah tidak bertanya-tanya dalam hati bagaimana perasaan Nabi Muhammad ketika dihina, dicaci maki, dianiaya? Apakah beliau merasakan sakit hati, marah atau tidak sama sekali?

Satu hal yang pasti tentang Nabi Muhammad, beliau sama-sama manusia seperti kita, memiliki perasaan dan akal. Setiap kali ada orang yang menghinanya, beliau pasti merasakan sakit hati dan tersinggung seperti yang kita rasakan. Hanya saja bedanya, kalau kita tersinggung atau sakit hati, kita selalu menyimpannya berlarut-larut dalam hati, tapi Nabi tidak.

Beliau dengan cepat mampu menghilangkan rasa sakit hati, tersinggung dan rasa marah ketika dihina. Kenapa bisa begitu? Karena beliau selalu menghubungkan hatinya dengan Allah SWT. Karena hatinya selalu mengingat Allah, Nabi mampu menyikapi hinaan, cacian makian dan kemudian membalasnya dengan kebaikan.

Semua hinaan itu bisa datang kepadanya karena ada izin dari Allah. Oleh karena itu Nabi harus menerimanya. Meskipun pahit, tapi selalu ada manis di balik semua hinaan itu karena memang begitulah janji Allah. Tingkat keyakinan dan pengenalan Nabi Muhammad pada Allah adalah kunci kenapa Rasulullah memiliki akhlak mulia dan selalu membalas keburukan dengan kebaikan.

Lalu bagaimana dengan kita jika ada orang yang menghina kita? Mudah-mudahan kita bisa sedikit mencontoh perbuatan Rasulullah meskipun berat.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...