PEKANBARU - Nilai impor Riau pada bulan Februari 2019 mencapai US$ 113.13 juta atau mengalami penurunan sebesar 18,88 persen dibanding nilai impor Januari 2019 yang mencapai US$ 139.46 juta.
"Penurunan ini disebabkan oleh turunnya impor migas dan impor non migas masing-masing sebesar 91,86 persen dan 3,97 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Aden Gultom, Kamis (5/4/2019).
Ia mengatakan selama Januari-Februari 2019, nilai impor Riau mencapai US$ 252.58 juta atau mengalami penurunan sebesar 4,48 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang besarnya US$ 264.42 juta.
"Penurunan impor ini disebabkan oleh turunnya impor migas dan impor non migas masing-masing sebesar 21,33 persen dan 2,11 persen," jelasnya.
Penurunan impor non migas Februari 2019 terhadap bulan sebelumnya terjadi pada lima golongan barang, yang terbesar antara lain pupuk sebesar US$ 6.29 juta, Bubur Kayu (Pulp) sebesar US$ 4.67 juta, dan Mesin-mesin/Pesawat Mekanik sebesar US$ 3.90 juta.
"Sedangkan kenaikan impor non migas terjadi pada lima golongan barang, yang terbesar yaitu Kayu, Barang
dari Kayu sebesar US$ 9.58 juta, Benda-benda dari Besi dan Baja sebesar US$ 2.58 juta, dan Bahan Kimia Organik sebesar US$ 1.73 juta," ungkapnya.
Impor non migas selama Januari-Februari 2019 didominasi oleh Pupuk US$ 62.20 juta (27,40 persen), kemudian Kayu, Barang dari Kayu sebesar US$ 29.27 juta (12,89 persen), Mesin- mesin/Pesawat Mekanik US$ 23.90 juta (10,53 persen), serta Bubur Kayu (Pulp) US$ 22.67 juta (9,99 persen) dengan kontribusi keempatnya mencapai 60,81 persen.
Secara keseluruhan, impor 10 golongan barang utama non migas pada periode Januari-Februari 2019 memberikan kontribusi sebesar 81,81 persen terhadap total impor non
migas Riau.
Sementara itu, kontribusi impor non migas di luar 10 golongan barang utama sebesar 18,19 persen. Dari sisi pertumbuhan, impor 10 golongan barang utama pada Januari-Februari 2019 mengalami penurunan sebesar 10,32 persen terhadap periode yang sama tahun 2018.*