News

PSB LPPM Unri Taja Diskusi Bahas Ancaman Hancurnya Kubah Gambut Riau

PEKANBARU - Baru-baru ini, isu abrasi pesisir pantai timur Sumatera, khususnya Riau, semakin marak diberitakan. Menanggapi hal ini, Pusat Studi Bencana (PSB) LPPM Universitas Riau menggelar diskusi ilmiah dengan tajuk “Ancaman Kehancuran Pulau-Pulau Gambut Sumatra: Refleksi dari Bengkalis dan Kepulauan Meranti, Riau” pada Kamis (16/5/2019) di Aula LPPM Universitas Riau. 

PSB LPPM Unri berharap, dengan diskusi ini dapat meningkatkan perhatian masyarakat, terutama komunitas akademis di lingkungan Universitas Riau sendiri, terhadap berbagai persoalan krusial yang tidak dapat dipisahkan dari lahan gambut yang ada di Provinsi Riau. Peserta diskusi ini terdiri dari para dosen dan mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di Universitas Riau serta sejumlah peminat dari kalangan Lembaga swadaya masyarakat yang ada di Pekanbaru. 

Diskusi berjalan baik dengan narasumber Dr. Eng. Sigit Sutikno, ST MT yang merupakan dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau, yang juga Koordinator PSB. Acara ini juga dihajatkan untuk membuka sebuah diskusi ilmiah bulanan yang diberi nama “PSB Peat Circle” yang dicanangkan sebagai ajang presentasi dan diskusi berbagai isu terkait lahan gambut yang ada di Riau. 

Dalam paparannya Sigit Sutikno mengemukakan berbagai temuan dalam penelitiannya di lapangan yang telah berlangsung sejak tahun 2014 lalu. Bekerjasama dengan Prof. Koichi Yamamoto dari Universitas Yamaguchi Jepang, ia berupaya mengungkapkan ancaman kehancuran pulau-pulau gambut yang ada di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti. 

“Yang sedang berlangsung saat ini sangat mengkhawatirkan. Hilangnya vegetasi mangrove dan alih fungsi lahan hutan gambut menjadi lahan perkebunan telah memicu terjadinya abrasi pesisir yang mengikis daratan dengan laju belasan hingga puluhan meter setiap tahunnya. Hilangnya tanggul pulau-pulau telah menyebabkan ombak menggerus langsung lahan gambut di Pulau Rangsang, Pulau Bengkalis, Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Rangsang, dan Pulau Tebing Tinggi, yang rata-rata hampir seluruh permukaan daratannya merupakan lahan gambut,” tandasnya.

Lebih parah lagi, tambahnya, lahan gambut di pulau-pulau tersebut juga terus mengalami degradasi yang sumbernya dari berbagai aktifitas manusia di darat. Deforestasi dan konversi lahan gambut disertai pembangunan kanal-kanal drainasi telah mengakibatkan kubah-kubah gambut yang ada mengalami kerusakan parah. Menurunnya kemampuan kubah-kubah gambut ini menyerap dan menyimpan air membuat lahan gambut di sekelilingnya mengering di musim kemarau dan menjadi lebih mudah terbakar. Oleh karenanya, tidak mengherankan bahwa kebakaran lahan gambut di pulau-pulau tersebut hampir selalu berulang di lokasi-lokasi yang sama. 

“Jadi, ancaman kehancuran pulau-pulau gambut Sumatera terjadi pada arah 3D, dari sisi laut karena adanya abrasi, dari sisi darat kebakaran, dan arah vertikal subsiden,” tegasnya.

Mengambil contoh kasus sebuah lahan konsesi perkebunan kelapa sawit yang ada di Pulau Bengkalis, Sigit menyebutkan penurunan kemampuan kubah gambut menyimpan air menyebabkan terjadinya fenomena bog burst atau longsornya lahan gambut pada waktu musim hujan. Hal ini membuat air laut lebih leluasa memasuki daratan dan menyeret balik bongkahan-bongkahan gambut ke arah laut. Apabila hal ini terus berlanjut, maka cukup mudah untuk meprediksikan masa depan yang suram bagi pulau-pulau yang juga mengalami hal serupa.     

Sebagai penutup paparannya, Sigit menyebutkan bahwa saat ini Pemerintah Indonesia, melalui Badan Restorasi Gambut (BRG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kemenko Maritim, TNI AL dan Pemda Riau sedang mempersiapkan sebuah rencana mitigasi berskala besar yang didukung oleh PBB bidang lingkungan (UNEP) untuk mencegah bencana yang dikhawatirkan menjadi kenyataan. Ia berharap, Universitas Riau dapat banyak berperanan dalam proses mitigasi ini, misalnya melalui penelitian pengembangan hybrid engineering dalam penangkalan abrasi dan restorasi pesisir. Dalam hal ini, yang ia maksud adalah rekayasa yang menggabungkan bantuan manusia dan kemampuan potensial alam untuk memulihkan diri.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...