Life

Ini Penjelasan Lengkap BMKG soal Tsunami Banten - Lampung

Sumbar;Internet

JAKARTA - BMKG menjelaskan tsunami di Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung bukan berasal dari gempa tektonik. BMKG menduga tsunami diakibatkan erupsi Gunung Anak Krakatau.

Kepala BMKG Dwikorita Kurnawati mengatakan pada saat kemarin Sabtu (22/12) itu terdapat dua peristiwa, pertama adanya potensi gelombang tinggi yang diperkirakan terjadi di rentang 21-25 Desember di Selat Sunda. Kedua adanya pemberitahuan dari Badan Geologi Kementerian ESDM yang mengatakan pada (21/12) pukul 13.15 WIB terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau pada level waspada.

"Informasi geofasial yang terekam BMKG menunjukan ada tiba-tiba kenaikan muka air pantai. Ada kenaikan air. Kami analisis kami memerlukan waktu apakah kenaikan air air pasang akibat fenomena atmosfir yg ada gelombang tinggi yang ada bulan purnama. Namun ternyata setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombamg tsunami. Jadi tipe polanya mirip dengan tsunami yang terjadi di Palu. Sehingga kami koordinasi segera dengan badan geologi dan kami sepakat bahwa diduga, kenapa ini diduga karena datanya belum cukup waktu saat ini kami belum bisa cek ke lapangan masih gelap, tadi kita coba pakai alat tapi tidak terlihat namun ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, purnama, dan erupsi anak gunung krakatau yang diduga menyebabkan tsunami," ujar Dwikorita, di kantornya, Jl Angkasa, Jakarta Pusat, Minggu (23/12/2018)

"Jadi tsunami yang terjadi bukan karena BMKG gempa. Tadi sudah dicek tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami," sambungnya.

Sementara itu Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ir Rudy Suhendar dalam sambungan teleconference bersama Kepala BMKG menjelaskan aktivitas Gunung Anak Krakatau sudah terjadi sejak 9 Juni hingga saat ini. Menurutnya pada (22/12) kemarin pukul 21.00 WIB terus terjadi erupsi.

"Kemudian dilaporkan jam 21.03 memang lagi terjadi letusan, hanya cuacanya kurang mendukung untuk pemantauan visual kita tidak melihat letusan ketinggianya. Namun demikian memang tiap letusan ini ada juga lereran-leleran lava yang timbul disisi lerenganya, diantara lumpur," ujar Rudy.

Akan tetapi terkait dengan tsunami ini, ia menduga ada keterkaitannya dengan Gunung Anak Krakatau. Namun menurutnya masih perlu dibuktikan besok saat sudah terang apakah ada longsoran atau tidak.

"Ini memang kami masih menduga, apakah ada longsor material dari lereng anak krakatau atau bukan. ini masih perlu kami buktikan dulu sampai besok, apakah memanag ad longsoran atau tidak. Kalau secara visual, dan cara morfologi, Gunung Anak Kraktau memang ada kemungkinan, tapi kemungkinan nya kecil bisa merontokan tubuh dari Anak Krakatau," ujar Rudy.

Menurutnya aktivitas Gunung Anak Krakatau terjadi dengan beberapa waktu lalu. Serta tidak ada frekuensi yang mencurigakan, tetapi ia menyebut tsunami yang disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau masih diduga, nanti masih akan dilakukan verifikasi lagi.

"Jadi yang menyebabkan tsunami itu Gunung Anak Krakatau ini sifatnya dugaan, kami bersama- sama BMKG akan melakukan verifikasi di lapangan. Saya kira itu," imbuhnya.

Berikut penjelasan lengkap yang disampaikan pihak BMKG dan Badan Geologi dalam jumpa pers pukul 02.00 WIB, Minggu (23/12).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati

BMKG berupaya untuk mengumpulkan seluruh informasi dan menganalisis karena ada beberapa hal yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan. Jadi rentang waktu mulai tanggal 21-22 Desember. Jadi pada tanggal 21 Desember Badan Geologi jadi ini nanti kita akan proses konferensi bersama Badan Geologi, karena fenomena Badan Geologi dan Geofisika juga sampaikan konferensi pers bersama kami.

Kemarin yaitu pukul 13.51 WIB tanggal 21 Desember Badan Geologi mengumumkan terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau dan level meningkat pada level waspada. Kemudian juga BMKG mulai kemarin pukul 07.00 WIB memberikan peringatan dini karena kami menganalisis dan mendeteksi ada potensi gelombang tinggi di perairan Selat Sunda, diperkirakan mulai kemarin 21 sampai 25 Desember. Ini dua peristiwa berbeda tapi terjadi di waktu yang sama dan lokasi yang sama sama di perairan Selat Sunda. Pertama adalah erupsi Gunung Anak Krakatau dan kedua potensi gelombang tinggi.

Tanggal 22 Desember pukul 09.00-11.00 WIB tim BMKG ada di perairan Selat Sunda melakukan uji coba instrumen di situ terverifikasi terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang. Oleh karena itu tim kami kembali ke darat dan akhirnya masih tanggal 22 Desember pukul 21.03 WIB Badan Geologi mengumumkan terjadi lagi erupsi Anak Gunung Krakatau. Kemudian 21.27 tide gauge Badan Informasi Geofasial yang terekam BMKG menunjukan ada tiba-tiba kenaikan muka air pantai. Ada kenaikan air. Kami analisis kami memerlukan waktu apakah kenaikan air air pasang akibat fenomena atmosfir yang ada gelombang tinggi yang ada bulan purnama.

Namun ternyata setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombamg tsunami. Jadi tipe polanya mirip dengan tsunami yang terjadi di Palu sehingga kami koordinasi segera dengan Badan Geologi dan kami sepakat bahwa diduga, kenapa ini diduga karena datanya belum cukup waktu saat ini kami belum bisa cek ke lapangan masih gelap, tadi kita coba pakai alat tapi tidak terlihat. Namun ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, purnama, dan erupsi Anak Gunung Krakatau yang diduga menyebabkan tsunami. Jadi tsunami yang terjadi bukan karena seperti yg disampaikan BMKG gempa. tadi sdh dicek tidak tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami.

Kami masih perlu mengecek pada saat sudah terang, kami mencurigai longsor karena pola grafik tsunami periodenya pendek-pendek dan mirip seperti Palu karena longsor. Besok pagi kami berupaya mengumpulkan data lagi apakah benar itu karena longsor tebing.

Tsunami cukup jauh sampai Bandar Lampung, Cilegon, Serang, Banten dan artinya energinya cukup tinggi. Sehingga oleh karena itu yang paling penting bagi masyarakat tenang namun jangan berada di pantai selat sunda, baik di wilayah Lampung, Banten, Serang itu jangan kembali dulu. Karena pemicunya ini masih diduga.

Deputi bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly
Jadi untuk tsunami ini ada beberapa tempat ada tide gauge penunjukan di Serang, pantai Jambu pukul 21.27 padahal erupsi 21.03 dengan ketinggian tsunami 0.9 meter, di pelabuhan ciwandar pada 21.33 ketinggian 0,9 mter atau 90 cm. Kemudian di Banten pada 21.33 WIB ketinggian 0.3 meter, di Lampung Kota Agung 21.35 WIB tercatat 0,30 meter, pelabuhan Panjang 21.53 0,28 meter ketinggian tetapi masih berproses jadi ini masih berlangsung dan erupsi terjadi getaran tremor di Gunung Anak Krakatau sehingga kita terus mmonitor dengan PMVG sejauh apa yang terjadi di sana.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono

Kami pastikan gelombang yang masuk ke daratan mulai jam 21.27 itu dipastikan bahwa akibat gelombang tsunami yang awal mulanya kita ragukan apa, tapi yang pasti bukan karena gempa tektonik kami tak mendeteksi adanya aktivitas kegempaan sampai beberapa detik terakir di sekitar Selat Sunda. Namun dari data tide gauge karena tadi pagi jam 21.58 WIB dapat laporan dari teman-teman BMKG dan saya pastikan itu gelombang tsunami. Saya dikirimi gambar tide gauge dan saya pastikan itu adalah gelombang tsunami

Saya komunikasi dengan Badan Geologi dipastikan mendapat informasi jam 21.03 WIB bahwa ada erupsi di Anak Gunung Krakatau. Makanya kita mengindikasikan bahwa tsunami yang terjadi di Selat Sunda dan Lampung dugaan sementara karena erupsi Anak Gunung Krakatau. Kenapa BMKG tidak memberikan warning karena tidak ada warning yang diakibatkan, kami memberikan warning tsunami yang diakibatkan oleh gempa tektonik. Sedangkan ini yang diakibatkan gempa vulkanik. Sebelumnya BMKG telah memberikan warning memang ada gelombang tinggi. Tadi disampaikan dalam waktu bersamaan disampaikan gelombang tinggi jadi tsunami karena memang sebelumnya gelombang tinggi pagi-berlaku besok pagi, memang mungkin tsunaminya kecil tapi karena ada gelombang tinggi membuat gel tsunami bisa sampai ke daratan. Pada saat bersamaan adanya tsunami yang diakibatan aktivitas Anak Gunung Krakatau. Kalau nggak ada gelombang tinggi tsunami bisa saja nggak masuk ke daratan.

Karena begitu saya dapat laporan dari teman BMKG saya pastikan ini adalah tsunami karena waktu itu sudah menduga karena ini akibat Gunung Anak Krakatau karena tak ada aktifitas kegempaan di sana, tak ada di sekitar Selat Sunda.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono (via sambungan telepon)

kami mendapatkan laporan dari teman-teman mengenai adanya tsunami atau gelombang pasang dari pada tadi jam 21.00 WIB. Terkait akitvitas Gunung Anak Krakatau, memang aktivitasnya sejaj 29 juni 2018 sampai sekarang memperlihatkan aktivitas yang cukup besar dan pada hari ini sejak jam 13.39, jam 17.00, jam 19.00 dan jam 21.00, terus menunjukan aktivitas-aktivitas atau letusan-letusan ini terjadi bukan hanya malam ini saja, tapi sudah terjadi hampir tiap hari, dengan tipe tembusan sembroya. Jadi lontaran material gunung api diatas dengan ketinggian ada yang sampai 1500, tapi yang tadi jam 19.00 WIB yang masih bisa pantau dari pos pengamatan kami itu rata-rata lemparanya hanya 100-300 meter ditaas puncak.

Kemudian dilaporkan jam 21.03 memang lagi terjadi letusan, hanya cuacanya kurang mendukung untuk pemantauan visual kita tidak melihat letusan ketinggianya. Namun demikian memang tiap letusan ini ada juga lereran-leleran lava yang timbul disisi lerenganya, diantara lumpur.

Nah keterkaiatan dengan tsunami ini memang kami masih menduga apakah ada longsor material dari lereng Gunung Anak Krakatau atau bukan. Ini masih perlu kami buktikan dulu sampai besok, apakah memang ada longsoran atau tidak. Kalau secara visual, dan secara morfologi, Gunung Anak Kraktau memang ada kemungkinan, tapi kemungkinannya kecil bisa merontokan tubuh dari Anak Krakatau. Tapi kita tidak tahu, nanti kita buktikan sebesar apa yang memang kalau betul itu dugaan itu bagian dari longsoran Gunung Anak Krakatau, karena kejadiannya letusan terjadi 22 ini sama dengan letusan beberapa hari lalu.

Jadi yang menyebabkan tsunami itu Gunung Anak Kraktau ini sifatnya dugaan, kami bersama-sama BMKG akan melakukan verikiasi dilapangan. Saya kira itu.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...