News

Warga Palestina Lega Trump Kalah dalam Pilpres AS

Ilustrasi.(sumber;internet)

JAKARTA - Para pejabat Palestina menuturkan kekalahan Presiden Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat akan melegakan rakyat mereka yang saat ini berada di bawah pendudukan Israel.

Utusan khusus Presiden Palestina, Nabil Shaath mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa pemerintahan Trump adalah era terburuk bagi Ramallah.

"Bagi kami, ini adalah keuntungan untuk menyingkirkan Trump. Namun, kami tidak mengharapkan perubahan strategis yang penting dalam sikap Amerika terhadap perjuangan Palestina," ujarnya seperti dilansir dari Middle East Monitor.

Sekretaris Jenderal Prakarsa Nasional Palestina, Mustafa Barghouti mengatakan Trump adalah peradaban presiden AS terburuk yang pernah ditemui di zaman modern.

"Trump menghancurkan hubungan internasional dan politik. Apa yang disebut 'Kesepakatan Abad Ini' adalah hal terburuk yang dia lakukan kepada Palestina," ujarnya, merujuk pada kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Gerakan Mujahidin, bagian dari aksi perlawanan Palestina, juga mengomentari hasil pilpres dengan mengatakan kejatuhan Trump sama dengan runtuhnya semua sistem yang telah mengkhianati rakyat mereka sendiri dan Palestina.

Komentar serupa sebelumnya juga telah diutarakan oleh Presiden Mahmoud Abbas. Di ameminta Presiden AS terpilih Joe Biden meningkatkan hubungan dengan Palestina yang runtuh di era Trump.

Dalam sebuah pernyataan ucapan selamat kepada Joe Biden dan Kamala Harris, Abbas berharap bisa bekerja dengan pemerintahan AS mendatang.

Dia berharap hubungan Palestina-Amerika akan membaik, mencapai kebebasan, kemerdekaan, keadilan, dan martabat bagi rakyatnya.

Abbas memutuskan hubungan dengan pemerintahan Trump dan menuduhnya sangat pro-Israel. Trump telah memotong dana ke badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNRWA, yang bertanggung jawab atas pengungsi Palestina.

Trump juga menolak anggapan bahwa Yerusalem timur yang dicaplok Israel akan menjadi ibu kota negara Palestina di masa depan. Dia justru mengakui Yerusalem sebagai "ibu kota yang tidak terbagi dari" Israel.

Di era kepemimpinannya, Trump juga enggan menerima kritik atas proyek pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat. Kendati hal itu secara jelas telah melanggar kebijakan AS selama puluhan tahun terkait perluasan pemukiman yang menjadi batu sandungan bagi perdamaian di kawasan tersebut.

Israel menduduki wilayah Palestina termasuk di Tepi Barat, Yerusalem timur, dan Jalur Gaza sejak 1967. Palestina menginginkan wilayah-wilayah itu untuk pembentukan negara mereka di masa depan.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...