Kisah Dokter Paru Tangani Pasien Covid-19

dr Zuldi: Pahlawan Sebenarnya adalah Warga yang Taat Protokol Kesehatan

Dr. Zuldi Afki dokter spesialis paru di RSUD Rokan Hulu, Riau setiap hari berjuang menangani pasien positif dan diduga terinfeksi virus corona. Kegiatannya di rumah sakit di tengah wabah virus corona membuat dirinya rentan terpapar virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan Cina Itu. Karena dia adalah salah satu objek yang rawan terpapar Covid-19, orang merasa waspada berada disekitarnya. 

"Ya inilah yang saya rasakan, banyak yang takut tapi saya tak ambil pusing, pola pikir itu harus kita ubah. Covid-19 itu bukan aib tapi penyakit yang harus kita lawan bersama. Bukan malah penderitanya kita beri stigma," ucapnya sembari tersenyum.

Pria yang kini menjabat sebagai Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Rokan Hulu itu membuka pembicaraan sore itu, seputar pengalaman dan tantangan yang dihadapinya sebagai dokter paru dalam menangani pasien Covid-19, permasalahan dunia yang tak tahu kapan akan berakhirnya.

"Bahkan di beberapa negara pandemi ini sudah terjadi gelombang kedua. Sebagai dokter paru yang menagani langsung pasien Covid-19 saya tidak bisa berdiri di belakang dan harus menghadapi ini sebagai tantangan profesi sebagai dokter paru," ucapnya.

Adakah merasakan ketakutan saat menangani pasien? Jelas, kata Zuldi. Apalagi melihat stastisik Korban meninggal dunia Covid-19 yang menempatkan profesi dokter termasuk tertinggi meninggal dunia akibat terpapar covid. Namun, sumpah profesi menjadikan Zuldi tetap tegar melalui semuanya.

Standar protokol dalam memeriksa pasien bergejala Covid-19 tetap dilaksanakan dalam bertugas demi menghindari risiko terpapar covid-19 atau bahkan merenggut keselamtan jiwanya sebagai dokter.

"Yang terbayang, harus bersiap berkobran baik jiwa raga dan juga perasaan. Tapi kita tidak boleh lengah juga, kalau banyak dokter yang meninggal siapa lagi yang akan menangani pasien covid-19" ujarnya.

Di masa awal kasus Covid-19 pertama kali ditemukan di Rohul ia sempat mengalami tekanan psikis. Berpisah dengan keluarga dan anak langsung terbayang dalam benaknya. Beruntung, kemajuan teknologi membuat tekanan psikis itu bisa di atasi.

"Pada awal dulu saya tak bisa pulang ke rumah. Itu luar biasa sekali tekanan psikis yang saya rasakan. Tapi saya tak mau kalah. Salahsatu cara saya mengobati kerinduan dengan keluarga adalah memanfaatkan teknolgi video call. Mendegar suara keluarga yang sehat sudah cukup menambah semangat saya kembali," cakapnya.

Zuldi menyampaikan harapan para tenaga medis yang bekerja di rumah sakit kepada masyarakat dan juga pemerintah untuk menguatkan strategi penanganan Covid-19 di bagian hulu. Sehingga para tenaga medis di rumah sakit yang menjadi garda terakhir tidak kewalahan menangani pasien.

"Permasalahannya sebenarnya adalah penanganan di hulu yang kurang maksimal. Sehingga kasus meningkat di hilir. Jika di hulu dapat dikendalikan di hilir pun tidak akan meningkat kasusnya. Rumah sakit tidak akan penuh sehingga tenaga medis baik dokter dan perawat bisa berkonsentrasi menangani pasien dengan gejala berat," tuturnya.

Menurut Zuldi, semua elemen masyarakat di Rohul harus menjadi seorang patriot dalam menghadapi pandemi ini. Karena pandemi ini adalah perang semesta dengan sesuatu yang ada tapi tidak bisa dilihat dengan mata.

"Kalau dulu kita berperang musuhnya jelas penjajah ada Belanda, Inggris, Portugis, Jepang dan sebagainya. Tapi ini beda. Kita berperang melawan musuh yang tak nampak. Senjatanya hanya satu protokol kesehatan. Jangan sampai kita melukai saudara kita dengan tidak mematuhi protokol kesehatan," pesannya.

Zuldi juga tidak sepakat jika dokter disebut sebagai pahlawan. Menurutnya pahlawan sebenarnya dalam situasi pandemi Covid-19 ini adalah masyarakat memiliki gejala namun dia dengan penuh kesadaran mengisolasi diri karena tidak ingin orang lain tertular karenanya.

Kedua, orang yang melindungi kelurganya yang rentan dari terpapar Covid-19 dengan menjaga dirinya agar tidak tertular dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

"Dan pahlawan sebenarnya adalah semua masyarakat yang disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan maksud menjaga dirinya dan orang lain dari paparan Covid-19," jelasnya.

"Kalau dokter itu sudah tugas kita, pahlawan sebenarnya adalah masyarakat yang meilindungi diri dan orang lain dengan penerapan protokol kesehatan," tegasnya.

Zuldi juga menceritakan betapa terpukulnya ia ketika mendapati pasien covid-19 yang ia rawat meninggal dunia. Rata-rata dari mereka sudah memiliki gejala berat.

"Merasa kecil dan gagal, karena meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin namun gagal menyelamatkan. Ya itu juga karena Keterbatasan sarana. Kita tidak punya sarana yang memadai.

Sebagai seorang dokter ia berharap, ke depan ada terbosoan baru yang dilakukan agar masyarakat dapat lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan tidak hanya imbauan namun sudah harus terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari.*



Loading...


[Ikuti IDNJurnal.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected] / [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan IDNJurnal.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Loading...