DILI - Timor Leste menggelar pemilihan umum (pemilu) pada hari ini. Pemilu digelar setelah berbulan-bulan ada kevakuman politik di parlemen Timor Leste.
Dilansir Reuters, Sabtu (12/5/2018), kampanye pemilu bulan ini telah dirusak kekerasan sporadis. Sebetulnya sebagian besar wilayah Timor Leste telah damai setelah dirudung ketidakstabilan politik sejak lepas dari Indonesia pada tahun 2002.
Pada pemilihan parlemen 2017 lalu, tidak ada pemenang yang jelas. Saat itu Partai Fretelin dari Perdana Menteri (PM) Mari Alkatiri menang dengan selisih suara hanya 0,2 persen lebih banyak dari Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT), partai pahlawan kemerdekaan Timor Leste, Xanana Gusmao.
Presiden Timor Leste Francisco 'Lu Olo' Guterres lalu membubarkan parlemen awal tahun ini dan menyerukan pemilihan baru. Pemilihan parlemen kali ini jadi yang kelima sejak 2002.
Xanana Gusmao yang juga mantan Presiden Timor Leste, memberikan suara di ibu kota Dili ketika masa pemilihan dibuka pada pukul 07.00 waktu setempat (22.00 GMT).
"Saya akan mengatakan bahwa (pemilihan ini) akan jadi akhir dari kebuntuan ini," kata Xanana.
"Kami hanya akan menerima hasilnya jika kami melihat bahwa tidak ada kejanggalan, tidak ada kecurangan pemilu," tambahnya.
Ada lebih dari 700.000 warga Timor Leste terdaftar untuk memilih di negara yang memiliki lahan yang sedikit lebih kecil dari Hawaii dan merupakan rumah bagi 1,2 juta orang ini.
Masa pemilihan akan tutup pukul 15.00 waktu setempat dan hasil perhitungan sementara diharapkan selesai pada sore hari. Sementara hasil resmi kemungkinan akan diumumkan minggu depan.
Negara termuda di Asia ini telah berjuang untuk mengurangi kemiskinan, memberantas korupsi, dan mengembangkan sumber daya minyak dan gas yang kaya. Sektor energi menyumbang sekitar 60 persen dari PDB pada tahun 2014 dan lebih dari 90 persen dari pendapatan pemerintah.
Para calon telah berkampanye tentang janji untuk mengembangkan pendidikan dan kesehatan dan meningkatkan sektor pertanian dan pariwisata.*